Bandung, 3/3 (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan menyisir penderita kebutaan di 200 desa yang memiliki prevalensi kebutaan tinggi di daerah ini.

"Tahun ini fokus menyisir 200 desa yang memiliki prevalensi kebutaan di atas satu persen melalui program pengentasan kebutaan dengan sistem jemput bola," kata Ketua Bank Mata Jawa Barat Hj Netty Heryawan di Bandung, Rabu.

Menurut Netty, angka kebutaan di Jawa Barat secara umum sekitar satu persen atau sekitar 420 ribu jiwa dari total 42 juta penduduk provnsi ini.

Ia menyebutkan, pelayanan kesehatan mata belum merata khususnya di tingkat pedesaan akibat keterbatasan tenaga dokter spesialis mata.

Sedangkan program penyisiran kebutaan ke 200 desa di Jabar itu akan dilakukan melalui kerja sama Pemprov Jabar, RS Mata Cicendo dan Bank Mata Jawa Barat.

Program ini dilakukan melalui jemput bola dengan mendatangi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di tingkat desa.

Selain itu juga akan mengoptimalkan pendataan dan penanganan kebutaan di tingkat Puskesmas.

"Tenaga dokter spesialis mata saat ini hanya ada di Bandung, namun diupayakan dalam rekrutment tenaga dokter kali ini dengan menyebar dokter spesialis mata untuk ditempatkan di RSUD," kata istri Gubernur Jawa Barat itu.

Ia menyebutkan, kebutaan selain karena faktor bawaan sejak lahir juga karena penyakit mata seperti katarak, trachoom serta diderita oleh pengidap penyakit diabetes yang akut.

Sedangkan penyebab kebutaan terbesar saat ini, kata Netty, karena akses pengobatan kepada spesialisasi mata jauh yakni di ibu kota provinsi.

"Kebutaan saat ini dipicu keterlambatan pengobatan dan belum tingginya kesadaran masyarakat memeriksakan kesehatan matanya secara berkala. Biasanya mereka memeriksakan matanya setelah mengalami gangguan dengan kebutaan yang cukup parah," kata Netty.

Padahal dengan kemampuan tenaga spesialis mata saat ini, beberapa penyakit mata yang banyak diidap masyarakat seperti katarak sudah bisa diatasi dengan operasi.

Terkait aktivitas donor mata saat ini belum optimal karena beberapa faktor teknis yang menyulitkan program itu.

"Donor mata masih banyak faktor hambatannya, pasalnya donor hanya bisa dilakukan sebelum enam jam setelah pendonor meninggal dunia. Dan itu secara teknis sangat sulit, belum lagi domisili pendonor yang jauh," kata Netty Heryawan.

Meski demikian, Bank Mata Jawa Barat berupaya untuk mengentaskan hambatan proses donor mata itu karena ke depan hal itu sangat bermanfaat khususnya bagi mereka yang mengalami kebutaan akibat kerusakan fungsi penglihatannya.

Syarif Abdullah

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010