Pengamat politik Boni Hargens mengatakan perlu ketangguhan dan kesiapan generasi muda dalam menghadapi perkembangan era kekinian yang penuh dengan tantangan.
Hal tersebut dikatakan Boni Hargens yang juga Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Senin, terkait dengan peringatan Sumpah Pemuda.
Menurut dia, kaum muda harus berjuang mengembangkan potensi dan kompetensi di bidang keilmuan dan keterampilan. "Begitulah cara kita mengisi kemerdekaan dan 'menjadi Indonesia' pada zaman modern," katanya.
Boni mengatakan dominasi pasar dan penguasaan infrastruktur digital seperti Over The Top (OTT) masih dihantui kekuatan asing.
"Kita bisa menyebutnya 'kolonialisme digital' di zaman modern. Tetapi itulah contoh tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia hari ini dan masa depan," ujarnya.
Boni mengatakan peringatan Sumpah Pemuda menjadi momentum untuk menghindari berbagai provokasi politik dan hasutan untuk melakukan anarkisme dalam menyampaikan pendapat di ruang publik.
Selain itu perlu juga menghindari kebiasaan hoaks dalam berpendapat di dunia maya. Generasi muda harus menjadi yang terdepan dalam membangun narasi positif dan rasional di ruang publik.
Pada Tahun 1928, tepatnya 28 Oktober, para pemuda mengikrarkan Indonesia sebagai satu nusa, satu bangsa, satu bahasa.
Peristiwa sejarah itu sakral dan menjadi bagian sentral dari perjalanan historis bangsa dan negara Indonesia.
Ia mengatakan sudah selayaknya generasi bangsa memperingatinya sebagai momentum sejarah yang penting. Perjuangan "menjadi Indonesia" adalah perjuangan tiada henti dalam mewujudkan cita-cita menjadi bangsa yang satu, adil, dan makmur.
"Setiap zaman punya tantangannya sendiri. Para pemuda sebelum dekade 1940an tentu berjuang melawan kolonialisme dan imperialisme asing, namun para pemuda pada zaman sekarang berjuang melawan lebih banyak lagi musuh," ujarnya.
Menurut dia, musuh itu bisa datang dari dalam dan bisa dari luar. Musuh dari dalam misalnya terorisme, radikalisme, dan separatisme.
"Musuh dari luar ada yang kelihatan dan ada yang tidak kelihatan. Jaringan terorisme itu berbasis internasional. Itu musuh yang kelihatan," katanya.
Baca juga: Boni Hargens nilai Sumpah Pemuda itu sakral hindari aksi anarkis
Baca juga: Palindo bentangkan bendera Merah Putih raksasa di Tebing Lidah Jeger
Baca juga: Menkopolhukam: Pemuda Muhammadiyah terus perjuangkan nilai Islami yang inklusif
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Hal tersebut dikatakan Boni Hargens yang juga Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Senin, terkait dengan peringatan Sumpah Pemuda.
Menurut dia, kaum muda harus berjuang mengembangkan potensi dan kompetensi di bidang keilmuan dan keterampilan. "Begitulah cara kita mengisi kemerdekaan dan 'menjadi Indonesia' pada zaman modern," katanya.
Boni mengatakan dominasi pasar dan penguasaan infrastruktur digital seperti Over The Top (OTT) masih dihantui kekuatan asing.
"Kita bisa menyebutnya 'kolonialisme digital' di zaman modern. Tetapi itulah contoh tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia hari ini dan masa depan," ujarnya.
Boni mengatakan peringatan Sumpah Pemuda menjadi momentum untuk menghindari berbagai provokasi politik dan hasutan untuk melakukan anarkisme dalam menyampaikan pendapat di ruang publik.
Selain itu perlu juga menghindari kebiasaan hoaks dalam berpendapat di dunia maya. Generasi muda harus menjadi yang terdepan dalam membangun narasi positif dan rasional di ruang publik.
Pada Tahun 1928, tepatnya 28 Oktober, para pemuda mengikrarkan Indonesia sebagai satu nusa, satu bangsa, satu bahasa.
Peristiwa sejarah itu sakral dan menjadi bagian sentral dari perjalanan historis bangsa dan negara Indonesia.
Ia mengatakan sudah selayaknya generasi bangsa memperingatinya sebagai momentum sejarah yang penting. Perjuangan "menjadi Indonesia" adalah perjuangan tiada henti dalam mewujudkan cita-cita menjadi bangsa yang satu, adil, dan makmur.
"Setiap zaman punya tantangannya sendiri. Para pemuda sebelum dekade 1940an tentu berjuang melawan kolonialisme dan imperialisme asing, namun para pemuda pada zaman sekarang berjuang melawan lebih banyak lagi musuh," ujarnya.
Menurut dia, musuh itu bisa datang dari dalam dan bisa dari luar. Musuh dari dalam misalnya terorisme, radikalisme, dan separatisme.
"Musuh dari luar ada yang kelihatan dan ada yang tidak kelihatan. Jaringan terorisme itu berbasis internasional. Itu musuh yang kelihatan," katanya.
Baca juga: Boni Hargens nilai Sumpah Pemuda itu sakral hindari aksi anarkis
Baca juga: Palindo bentangkan bendera Merah Putih raksasa di Tebing Lidah Jeger
Baca juga: Menkopolhukam: Pemuda Muhammadiyah terus perjuangkan nilai Islami yang inklusif
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020