Palang Merah Indonesia (PMI) mengantisipasi sejak dini fenomena La Nina di Samudera Pasifik dengan intensitas sedang (moderate) yang bisa berdampak kepada terjadinya bencana alam.
"Beberapa daerah di Jawa Barat seperti Kabupaten Sukabumi, Cianjur dan Garut sudah terjadi bencana alam seperti banjir bandang, tidak menutup kemungkinan akan terjadi kembali yang tidak hanya berpotensi di wilayah Jabar, karena La Lina ini mengakibatkan anomali cuaca berupa peningkatan akumulasi curah hujan hingga 40 persen," kata Sekretaris Jendral PMI Pusat Sudirman Said saat konferensi pers melalui webinar online, Rabu.
Menurutnya, PMI pun sudah menyiapkan segala sesuatunya terhadap potensi terjadinya bencana baik itu banjir, longsor, banjir bandang dan permasalahan kesehatan lainnya.
Diprediksi puncak dampak La Nina mulai terjadi pada November 2020 hingga Maret atau April 2021. Maka dari itu, pihaknya menyerukan kesiapsiagaan relawan menghadapi potensi bencana akibat fenomena alam ini.
PMI di semua tingkatan dari provinsi hingga kabupaten/kota diminta menyiapkan rencana pencegahan serta penanganan bencana akibat cuaca ekstrem, apalagi saat ini sedang terjadi pandemi COVID-19 tentunya dalam antisipasi dan penanggulangan bencana protokol kesehatan harus diterapkan secara maksimal.
Lanjut dia, sebagai organisasi kemanusiaan peran pencegahan dan penanganan potensi bencana akibat anomali cuaca PMI telah menyusun kebijakan nasional tentang tanggap darurat banjir (TDB) dan akan menjabarkannya ke PMI provinsi dan kabupaten/kota.
"Dalam antisipasi dan penanggulangan bencana kami juga melibatkan masyarakat dalam aksi dini kesiapsiagaan ini seperti memaksimalkan peran sukarelawan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) PMI di tingkat desa," tambahnya.
Di sisi lain, Sudirman mengatakan anggota Sibat PMI telah mencapai 20.100 personel yang tersebar di 1.005 desa di 23 provinsi di Indonesia. Dengan adanya Sibat di wilayah yang rawan bencana, tentu akan memudahkan antisipasi dan aksi dini untuk meminimalisasikan dampak dari bencana.
Selain itu, PMI juga mengumpulkan informasi dari otoritas pemerintah baik dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait dampak La Nina.
Baca juga: PMI antisipasi penyebaran COVID-19 di pengungsian bencana alam
Baca juga: PMI Kota Sukabumi kampanyekan pentingnya cuci tangan
Baca juga: PMI Kota Sukabumi susun SOP kesiapsiagaan antisipasi gempa bumi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Beberapa daerah di Jawa Barat seperti Kabupaten Sukabumi, Cianjur dan Garut sudah terjadi bencana alam seperti banjir bandang, tidak menutup kemungkinan akan terjadi kembali yang tidak hanya berpotensi di wilayah Jabar, karena La Lina ini mengakibatkan anomali cuaca berupa peningkatan akumulasi curah hujan hingga 40 persen," kata Sekretaris Jendral PMI Pusat Sudirman Said saat konferensi pers melalui webinar online, Rabu.
Menurutnya, PMI pun sudah menyiapkan segala sesuatunya terhadap potensi terjadinya bencana baik itu banjir, longsor, banjir bandang dan permasalahan kesehatan lainnya.
Diprediksi puncak dampak La Nina mulai terjadi pada November 2020 hingga Maret atau April 2021. Maka dari itu, pihaknya menyerukan kesiapsiagaan relawan menghadapi potensi bencana akibat fenomena alam ini.
PMI di semua tingkatan dari provinsi hingga kabupaten/kota diminta menyiapkan rencana pencegahan serta penanganan bencana akibat cuaca ekstrem, apalagi saat ini sedang terjadi pandemi COVID-19 tentunya dalam antisipasi dan penanggulangan bencana protokol kesehatan harus diterapkan secara maksimal.
Lanjut dia, sebagai organisasi kemanusiaan peran pencegahan dan penanganan potensi bencana akibat anomali cuaca PMI telah menyusun kebijakan nasional tentang tanggap darurat banjir (TDB) dan akan menjabarkannya ke PMI provinsi dan kabupaten/kota.
"Dalam antisipasi dan penanggulangan bencana kami juga melibatkan masyarakat dalam aksi dini kesiapsiagaan ini seperti memaksimalkan peran sukarelawan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) PMI di tingkat desa," tambahnya.
Di sisi lain, Sudirman mengatakan anggota Sibat PMI telah mencapai 20.100 personel yang tersebar di 1.005 desa di 23 provinsi di Indonesia. Dengan adanya Sibat di wilayah yang rawan bencana, tentu akan memudahkan antisipasi dan aksi dini untuk meminimalisasikan dampak dari bencana.
Selain itu, PMI juga mengumpulkan informasi dari otoritas pemerintah baik dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait dampak La Nina.
Baca juga: PMI antisipasi penyebaran COVID-19 di pengungsian bencana alam
Baca juga: PMI Kota Sukabumi kampanyekan pentingnya cuci tangan
Baca juga: PMI Kota Sukabumi susun SOP kesiapsiagaan antisipasi gempa bumi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020