Soreang, 25/1 (ANTARA) - Sedikitnya 48 unit Personal Computer (PC), 19 laptop rusak, dan dua pintu utama kantor ambrol diterjang banjir yang terjadi di lingkungan Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Bandung di Soreang, Minggu (24/1).

Karyawan di Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD), Dinas Pertanian Perhutanan dan Perkebunan, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Kesehatan, dan Dinas Pemeliharaan Sungai Das dan Pengairan (Sedape) Kabupaten Bandung,Senin, membersihkan kantor mereka yang penuh lumpur, akibat terendam air sekitar satu meter.

Banjir yang terjadi malam hari, menggenangi wilayah komplek perkantoran Pemerintah Kabupaten Bandung selama hampir 18 jam. Senin dini hari genangan air mulai menyusut.

Karena itu, Senin pagi yang mestinya karyawan di SKPD tersebut segera melaksanakan tugas rutin mereka, terpaksa harus membersihkan sisa genangan banjir.

Seluruh kantor SKPD yang terendam banjir Senin pagi terpendam lumpur setinggi 40 senti meter. Untuk membersihkan ruangan kantor, di empat SKPD tersebut mendatangkan armada pemadam kebakaran.

Kepala Bagian Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Bandung, Akhmad Djohara, mengungkapkan, kerusakan akibat banjir secara pasti masih dalam pendataan.

Namun dari jumlah peralatan kantor yang rusak, lanjut Akhmad Djohara, bisa diketahui sementara yaitu, barang-barang elektronik, seperti komputer, infokus, dan jenis lainnya.

Selain kerusakan barang elektronik alat kerja, juga kerusakan lain yang paling berharga adalah arsip data fisik.

Menurut dia, ini akan membuat kesulitan kepada SKPD yang terendam banjir. "Arsip fisik rusak dan soft arsip dalam hard disk pun rusak karena komputernya tergenang," katanya.

Banjir yang melanda ibu kota Kabupaten Bandung ini dinyatakan sejumlah tokoh masyarakat sebagai persitiwa banjir yang pertama sejak ratusan tahun lalu.

Kareana itu, menurut aktivis Pemuda Soreang (Peso), Wawan Maryana, merupakan bukti adanya kekeliruan dalam perencanaan perkotaan.

Banjir akibat luapan Sungai Ciwinyan ini, sebetulnya tidak perlu terjadi jika drainase yang ada direncanakan dengan baik, katanya.

Bahkan, masih menurut Wawan Maryana, di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bandung tidak pernah ada perencanaan penataan kota Soreang secara konsisten.

"Kami pernah membahas tataruang itu di Bappeda. Tapi tidak ada satupun yang dilaksanakan," katanya.

Ia menuturkan keberadaan Stadion Si Jalan Harupat yang kini dibangga-banggakan masyarakat Kabupaten Bandung, sebenarnya dalam tataruang yang pernah dibahas adalah untuk Pasar Lelang Produksi Agro.

"Kalaupun sekarang menjadi Stadion Si Jalak Harupat, itu berarti sebuah pengingkaran terhadap tataruang," ujarnya.

Akibatnya, saluran air dan jaringan irigasi untuk sekitar seribu hektar sawah terpotong di Stadion Si Jalak Harupat.

Sedangkan debit air yang seharusnya mengalir melalui jaringan irigasi yang terpotong di Jalak Harupat, harus kembali ke Soreang, dan trjadilah banjir, tambahnya.

Ayi K
(U.PK-ASJ/B/Y003/Y003) 25-01-2010 15:55:23

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010