Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat, siap menelusuri dan memeriksa kondisi kesehatan dengan melakukan tes usap terhadap orang yang berada di lingkungan pondok pesantren untuk mendeteksi lebih dini penyebaran wabah COVID-19 dan secepatnya dilakukan penanganan medis secara intensif.
"Dengan cara itu, maka penanganan bisa dilakukan cepat ketika ada kasus, dan jangan sampai sudah banyak baru ketahuan," kata Wakil Bupati Garut Helmi Budiman kepada wartawan di Garut, Kamis.
Ia menuturkan, tim Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Garut terus bergerak ke lapangan untuk menelusuri orang yang kontak fisik dengan pasien positif COVID-19, dan melakukan tes usap kepada sejumlah warga, termasuk di lingkungan pondok pesantren.
Upaya itu, lanjut dia, sebagai langkah antisipasi agar kasus penyebaran wabah COVID-19 tidak terjadi atau jumlahnya sudah diketahui banyak seperti yang terjadi di daerah lain.
"Kita berupaya melakukan langkah antisipasi karena di daerah lain sudah muncul kluster di lingkungan pesantren," kata Helmi.
Pemkab Garut, kata Helmi, berencana menambah alat untuk mempercepat pemeriksaan tes usap dari semula hanya bisa dilaksanakan 300 sampel menjadi 500 sampel setiap harinya.
"Adanya tambahan alat nanti kapasitas pemeriksaan bisa bertambah dari 300 menjadi 500 sampel per hari," katanya.
Ia menambahkan, selama pemeriksaan tes usap di sejumlah tempat di Garut tidak ditemukan adanya kasus baru positif COVID-19 dari lingkungan pondok pesantren.
Meski begitu, lanjut dia, pengurus pondok pesantren tetap harus waspada dengan memperketat penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran wabah COVID-19.
"Kita minta agar tetap melakukan pencegahan penyebaran COVID-19 di pesantren," katanya.
Hasil laporan Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Garut, jumlah kasus positif seluruhnya 276 orang, sebanyak 206 sudah dinyatakan sembuh, 11 orang menjalani isolasi mandiri, 46 orang menjalani perawatan di rumah sakit, dan 13 orang meninggal dunia.*
Baca juga: Dinkes Tasikmalaya periksa seratusan santri untuk deteksi COVID-19
Baca juga: Pemkab Tasikmalaya tes usap santri untuk deteksi penyebaran COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Dengan cara itu, maka penanganan bisa dilakukan cepat ketika ada kasus, dan jangan sampai sudah banyak baru ketahuan," kata Wakil Bupati Garut Helmi Budiman kepada wartawan di Garut, Kamis.
Ia menuturkan, tim Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Garut terus bergerak ke lapangan untuk menelusuri orang yang kontak fisik dengan pasien positif COVID-19, dan melakukan tes usap kepada sejumlah warga, termasuk di lingkungan pondok pesantren.
Upaya itu, lanjut dia, sebagai langkah antisipasi agar kasus penyebaran wabah COVID-19 tidak terjadi atau jumlahnya sudah diketahui banyak seperti yang terjadi di daerah lain.
"Kita berupaya melakukan langkah antisipasi karena di daerah lain sudah muncul kluster di lingkungan pesantren," kata Helmi.
Pemkab Garut, kata Helmi, berencana menambah alat untuk mempercepat pemeriksaan tes usap dari semula hanya bisa dilaksanakan 300 sampel menjadi 500 sampel setiap harinya.
"Adanya tambahan alat nanti kapasitas pemeriksaan bisa bertambah dari 300 menjadi 500 sampel per hari," katanya.
Ia menambahkan, selama pemeriksaan tes usap di sejumlah tempat di Garut tidak ditemukan adanya kasus baru positif COVID-19 dari lingkungan pondok pesantren.
Meski begitu, lanjut dia, pengurus pondok pesantren tetap harus waspada dengan memperketat penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran wabah COVID-19.
"Kita minta agar tetap melakukan pencegahan penyebaran COVID-19 di pesantren," katanya.
Hasil laporan Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Garut, jumlah kasus positif seluruhnya 276 orang, sebanyak 206 sudah dinyatakan sembuh, 11 orang menjalani isolasi mandiri, 46 orang menjalani perawatan di rumah sakit, dan 13 orang meninggal dunia.*
Baca juga: Dinkes Tasikmalaya periksa seratusan santri untuk deteksi COVID-19
Baca juga: Pemkab Tasikmalaya tes usap santri untuk deteksi penyebaran COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020