Kota Bogor yang pekan ini masih berstatus zona merah, mengintensifkan sosialisasi dan edukasi penerapan protokol kesehatan di perkantoran guna menekan penyebaran COVID-19 di Kota Bogor karena persentase penyebarannya tertinggi di klaster perkantoran dan keluarga.
"Berdasarkan data harian penanganan COVID-19 Kota Bogor, klaster terbesar adalah keluarga, tapi ketika klaster keluarga ini dibedah lagi, komposisi terbesarnya adalah perkantoran dan luar kota," kata Wali Kota Bogor Bima Arya, Selasa.
Menurut Bima Arya, klaster keluarga ini kalau dibedah lagi, diperoleh komposisi data yang penting, yakni 32 persen penularannya di tempat kerja atau perkantoran. "Jadi, yang terpapar di keluarga ini adalah terpapar karena ada anggota keluarganya yang bekerja di perkantoran," katanya.
Komposisi berikutnya adalah, 29 persen penularan dari fasilitas kesehatan, dari luar kota 19 persen, dari pemukiman atau rumah tangga tujuh persen, restoran dan minimarket enam persen, dari acara keluarga empat persen, dan transportasi dua persen. "Komposisi data ini, menguatkan data kami sebelumnya, bahwa yang paling berbahaya saat ini adalah klaster perkantoran," katanya.
Bima menyatakan, adanya komposisi data yang akurat dapat menjadi penting untuk menentukan kebijakan. "Dari data itu, terlihat komposisi tertinggi ada pada klaster perkantoran, sehingga sosialisasi dan edukasi akan diprioritaskan di perkantoran," katanya.
Menurut Bima, sosialisasi dan edukasi di perkantoran ini akan dilakukan oleh merpati, serta penegakan disiplinnya dilakukanoleh tim elang.
Sedangkan, penularan COVID-19 di restoran, rumah makan, dan minimarket, tidak tinggi, yang artinya penerapan protokol kesehatannya sudah lebih baik.
Baca juga: Korem Suryakencana lakukan pengawasan corona di tujuh kabupaten/kota
Baca juga: Ini alasan Kota Bogor masih berstatus zona merah corona
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Berdasarkan data harian penanganan COVID-19 Kota Bogor, klaster terbesar adalah keluarga, tapi ketika klaster keluarga ini dibedah lagi, komposisi terbesarnya adalah perkantoran dan luar kota," kata Wali Kota Bogor Bima Arya, Selasa.
Menurut Bima Arya, klaster keluarga ini kalau dibedah lagi, diperoleh komposisi data yang penting, yakni 32 persen penularannya di tempat kerja atau perkantoran. "Jadi, yang terpapar di keluarga ini adalah terpapar karena ada anggota keluarganya yang bekerja di perkantoran," katanya.
Komposisi berikutnya adalah, 29 persen penularan dari fasilitas kesehatan, dari luar kota 19 persen, dari pemukiman atau rumah tangga tujuh persen, restoran dan minimarket enam persen, dari acara keluarga empat persen, dan transportasi dua persen. "Komposisi data ini, menguatkan data kami sebelumnya, bahwa yang paling berbahaya saat ini adalah klaster perkantoran," katanya.
Bima menyatakan, adanya komposisi data yang akurat dapat menjadi penting untuk menentukan kebijakan. "Dari data itu, terlihat komposisi tertinggi ada pada klaster perkantoran, sehingga sosialisasi dan edukasi akan diprioritaskan di perkantoran," katanya.
Menurut Bima, sosialisasi dan edukasi di perkantoran ini akan dilakukan oleh merpati, serta penegakan disiplinnya dilakukanoleh tim elang.
Sedangkan, penularan COVID-19 di restoran, rumah makan, dan minimarket, tidak tinggi, yang artinya penerapan protokol kesehatannya sudah lebih baik.
Baca juga: Korem Suryakencana lakukan pengawasan corona di tujuh kabupaten/kota
Baca juga: Ini alasan Kota Bogor masih berstatus zona merah corona
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020