Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat Enny Suhaeni mengatakan melonjaknya kasus positif COVID-19 diakibatkan tracing atau pelacakan terhadap kontak erat dan ini menjadikan daerah tersebut masuk zona merah.

"Tingginya kasus positif COVID-19 di Cirebon, karena tracing juga tinggi," kata Enny di Cirebon, Rabu.

Enny mengatakan Satgas COVID-19 Kabupaten Cirebon gencar melacak atau tracing terhadap orang yang sempat kontak dengan pasien positif COVID-19.

Sehingga jumlah pasien positif COVID-19 di Cirebon pun melonjak dan bahkan saat ini daerah itu diumumkan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil masuk zona merah.

Saat ini lanjut Enny, Kabupaten Cirebon telah melakukan tes usap lebih dari satu persen yaitu 25 ribu lebih dari jumlah penduduk 2,2 juta jiwa, meskipun belum tercatat sampai ke provinsi.

"Pelaporan data hasil tracing dari Puskesmas ke Pemprov Jabar mengalami kendala sinyal. Dan ini menjadi salah satu penyebab Cirebon masuk zona merah," ujarnya.

Dia menambahkan Kabupaten Cirebon memilik 60 kecamatan dan 24 di antaranya masuk zona merah atau penyebaran virus corona baru risiko tinggi.

"Sedangkan sisanya ada yang masuk zona hijau, biru, kuning hingga oranye," katanya.

Dia mengatakan saat ini di Kabupaten Cirebon terdapat sebanyak 807 warga yang terkonfirmasi positif. Namun 562 di antaranya merupakan OTG.

Dari keseluruhan jumlah tersebut sebanyak 446 warga yang sempat dinyatakan terkonfirmasi positif, sudah dinyatakan sembuh, sedangkan 319 lainnya masih dilakukan perawatan dan isolasi mandiri.

"Yang bergejala hanya 245 orang saja, dari total 807 warga positif COVID-19," kata Enny.

Baca juga: 21.646 warga Cirebon terjaring petugas gabungan selama Operasi Yustisi

Baca juga: Dinkes Kabupaten Cirebon catat 208 warga dinyatakan sembuh dari COVID-19

Baca juga: Pemkot dan DPRD Cirebon "demo" minta masyarakat taat protokol kesehatan

Pewarta: Khaerul Izan

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020