Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) berhasil melakukan operasi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) Supine pada pasien wanita berusia 48 tahun dengan tindakan operasi selama 1,5 jam dan berjalan dengan lancar.
"Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) merupakan tindakan pengangkatan batu ginjal secara minimal invasif dengan insisi pada pinggang sekitar 1,5 cm," kata dokter spesialis urologi RSUI dr. Widi Atmoko, Sp.U dalam keterangannya di Depok, Selasa.
Keberhasilan operasi ini merupakan kerja tim multidisiplin ilmu medis dan non medis yang dilakukan oleh dokter spesialis urologi RSUI, dr Widi Atmoko, Sp.U; dr Dyandra Parikesit, BMedSc, Sp.U; dokter spesialis anestesi dr Faradila, Sp.An dan dibantu dengan perawat (ners) RSUI.
Operasi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) menjadi pilihan alternatif bagi penderita batu ginjal (nefrolitiasis) dengan kondisi terdapat sumbatan lebih dari satu cabang saluran penggumpalan urine pada ginjal dengan batu ginjal berukuran 2 cm dan merasakan nyeri hebat karena infeksi dan tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
Salah satu cara untuk mengatasi kondisi tersebut dapat dengan prosedur operasi yang mempergunakan percutaneous yang berarti “melewati kulit” dan nephrolithotomy yang berarti 'mengambil batu dari ginjal'.
Operasi ini menggunakan alat yang disebut nefroskop (teropong) yang dimasukkan melalui sayatan kecil sampai pada ginjal untuk mencapai batu dan menghancurkannya, baik dengan laser, ultrasound atau pneumatik sehingga fragmen batu dapat dikeluarkan.
Dokter anestesi juga melakukan pemantauan yang ketat terhadap pasien untuk memastikan pasien tidak merasakan nyeri selama dan setelah operasi.
Pasca operasi tidak memerlukan waktu perawatan yang lama karena proses penyembuhan hanya memerlukan waktu 2 - 3 hari perawatan, karena dokter tidak melakukan pembedahan terbuka sebagai akses untuk mengangkat batu ginjal.
Widi Atmoko mengatakan kelebihan dari operasi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) dibanding operasi terbuka adalah nyeri pasca operasi lebih rendah, waktu rawat lebih cepat, jumlah perdarahan lebih sedikit, dan luka operasi lebih kecil.
Selain itu operasi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) dengan posisi Supine (terlentang) juga memudahkan dokter anestesi dalam memantau pasien.
RSUI berharap keberhasilan Operasi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan pelayanan komprehensif dalam bidang medis serta dorongan dokter kompeten dengan teknologi terkini yang digunakan. RSUI berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu yang dibutuhkan masyarakat.
Berdasarkan survei yang dikeluarkan National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) penyakit batu ginjal (nefrolitiasis) paling banyak terjadi pada usia 20-49 tahun dan puncaknya terjadi pada usia 35-45 tahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalansi batu ginjal (nefrolitiasis) di Indonesia berdasarkan kategori yang pernah didiagnosis yaitu 0,6 persen dari Penyakit Tidak Menular (PTM) dan merupakan penyakit peringkat terbanyak ke-2 di bagian urologi.
Baca juga: RSUI dan Hiptek bekerja sama dalam pelayanan pemeriksaan COVID-19
Baca juga: Kiat mata anak tetap sehat saat belajar daring dari dokter RSUI
Baca juga: RSUI berhasil operasi implantasi koklea untuk pertama kali
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) merupakan tindakan pengangkatan batu ginjal secara minimal invasif dengan insisi pada pinggang sekitar 1,5 cm," kata dokter spesialis urologi RSUI dr. Widi Atmoko, Sp.U dalam keterangannya di Depok, Selasa.
Keberhasilan operasi ini merupakan kerja tim multidisiplin ilmu medis dan non medis yang dilakukan oleh dokter spesialis urologi RSUI, dr Widi Atmoko, Sp.U; dr Dyandra Parikesit, BMedSc, Sp.U; dokter spesialis anestesi dr Faradila, Sp.An dan dibantu dengan perawat (ners) RSUI.
Operasi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) menjadi pilihan alternatif bagi penderita batu ginjal (nefrolitiasis) dengan kondisi terdapat sumbatan lebih dari satu cabang saluran penggumpalan urine pada ginjal dengan batu ginjal berukuran 2 cm dan merasakan nyeri hebat karena infeksi dan tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
Salah satu cara untuk mengatasi kondisi tersebut dapat dengan prosedur operasi yang mempergunakan percutaneous yang berarti “melewati kulit” dan nephrolithotomy yang berarti 'mengambil batu dari ginjal'.
Operasi ini menggunakan alat yang disebut nefroskop (teropong) yang dimasukkan melalui sayatan kecil sampai pada ginjal untuk mencapai batu dan menghancurkannya, baik dengan laser, ultrasound atau pneumatik sehingga fragmen batu dapat dikeluarkan.
Dokter anestesi juga melakukan pemantauan yang ketat terhadap pasien untuk memastikan pasien tidak merasakan nyeri selama dan setelah operasi.
Pasca operasi tidak memerlukan waktu perawatan yang lama karena proses penyembuhan hanya memerlukan waktu 2 - 3 hari perawatan, karena dokter tidak melakukan pembedahan terbuka sebagai akses untuk mengangkat batu ginjal.
Widi Atmoko mengatakan kelebihan dari operasi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) dibanding operasi terbuka adalah nyeri pasca operasi lebih rendah, waktu rawat lebih cepat, jumlah perdarahan lebih sedikit, dan luka operasi lebih kecil.
Selain itu operasi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) dengan posisi Supine (terlentang) juga memudahkan dokter anestesi dalam memantau pasien.
RSUI berharap keberhasilan Operasi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan pelayanan komprehensif dalam bidang medis serta dorongan dokter kompeten dengan teknologi terkini yang digunakan. RSUI berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu yang dibutuhkan masyarakat.
Berdasarkan survei yang dikeluarkan National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) penyakit batu ginjal (nefrolitiasis) paling banyak terjadi pada usia 20-49 tahun dan puncaknya terjadi pada usia 35-45 tahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalansi batu ginjal (nefrolitiasis) di Indonesia berdasarkan kategori yang pernah didiagnosis yaitu 0,6 persen dari Penyakit Tidak Menular (PTM) dan merupakan penyakit peringkat terbanyak ke-2 di bagian urologi.
Baca juga: RSUI dan Hiptek bekerja sama dalam pelayanan pemeriksaan COVID-19
Baca juga: Kiat mata anak tetap sehat saat belajar daring dari dokter RSUI
Baca juga: RSUI berhasil operasi implantasi koklea untuk pertama kali
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020