Kementerian Perindustrian (Kememperin) mengapresiasi industri pengolahan kopi dalam negeri yang mengekspor 4,82 ton ke China karena menjadi bukti sektor tersebut semakin berdaya saing di tengah tekanan dampak pandemi COVID-19.
“Semangat dunia usaha yang menjalankan kegiatan manufakturnya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat sangat membantu perputaran roda perekonomian nasional di masa yang cukup berat saat ini,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Abdul Rochim pada acara Pelepasan Kontainer Ekspor Produk Kopi Olahan PT UCC Victo Oro Prima ke China yang digelar di Kawasan Industri Bogorindo, Sentul, Jawa Barat, Selasa.
Dalam keterangan tertulis, Abdul Rochim menyampaikan apresiasinya kepada PT UCC Victo Oro Prima yang mampu meningkatkan pengapalan produknya ke pasar mancanegara.
“Ekspor dalam masa pandemi COVID-19 ini, kami rasa bisa memotivasi kita semua, mulai dari pihak pemerintah hingga dunia usaha, bahwa peluang masih ada, sehingga kalau bisa semangat ini terus kita gerakkan,” ujarnya.
Selain menghasilkan devisa, ekspor produk kopi olahan Indonesia juga bisa menjadi parameter eksistensi produk kopi olahan nasional di pasar internasional.
Produk yang diekspor oleh PT UCC Victo Oro Prima berupa roasted coffee beans dengan tiga varian kopi, yakni kintamani blend, java blend, dan Toraja blend dengan total volume sebesar 4,82 ton.
Rochim mengemukakan industri pengolahan kopi nasional tidak hanya menjadi pemain utama di pasar domestik, akan tetapi juga dikenal sebagai pemain global.
“Pada 2019, ekspor produk kopi olahan memberikan sumbangan pemasukan devisa sebesar USD610,89 juta, atau meningkat sekitar 5,33 persen dibanding tahun 2018,” ungkapnya.
Capaian positif tersebut tidak terlepas dari potensi Indonesia sebagai negara penghasil biji kopi terbesar keempat di dunia, setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia, dengan produksi rata-rata sekitar 773 ribu ton per tahun atau 8 persen dari produksi kopi dunia.
Pada Januari-Juni 2020, di masa pandemi Covid-19, neraca perdagangan produk kopi olahan nasional masih mengalami surplus sebesar USD211,05 Juta.
“Saat ini, ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi olahan berbasis kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke sejumlah negara tujuan utamanya seperti di kawasan ASEAN, China, dan Uni Emirat Arab,” katanya.
Untuk meningkatkan daya saing produk kopi olahan Indonesia, Kemenperin terus aktif mendorong pengembangan sektor industrinya melalui penerapan berbagai kebijakan strategis. Misalnya, berupaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia seperti barista, roaster, dan penguji cita rasa (cupper).
Selanjutnya, peningkatan nilai tambah biji kopi di dalam negeri, dan peningkatan mutu kopi olahan utamanya kopi sangrai (roasted bean) melalui penguasaan teknologi roasting, pengembangan standar produk (SNI) dan standar kompetensi kerja (SKKNI).
Rochim optimistis, Indonesia akan terus menjadi eksportir utama produk kopi olahan karena didukung pula dengan maraknya gaya hidup minum kopi di dunia.
“Selain itu, Indonesia yang tadinya dikenal sebagai produsen kopi, juga dikenal sebagai negara konsumen kopi,” ujarnya.
Sebelum pandemi, perkembangan industri kopi di tanah air didorong oleh beberapa faktor seperti pertumbuhan kelas menengah, perubahan gaya hidup masyarakat dan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap kopi lokal, sehingga konsumsi di dalam negeri meningkat cukup tinggi.
“Industri pengolahan kopi kemarin tumbuh cukup bagus, dengan adanya banyak kafe. Mudah-mudahan dengan adanya ekspor kopi olahan, bisa menggerakkan ekonomi lagi,” tandasnya.
Direktur PT UCC Victo Oro Prima, Victor Waskito Purwana menjelaskan, PT UCC Victo Oro Prima yang didirikan pada bulan Desember 2012 telah memiliki beberapa sertifikat yang dibutuhkan oleh industri kopi olahan, seperti sertifikat HALAL, ISO 22000, dan Rain Forest Alliance.
“Kami berkomitmen untuk menawarkan dan menghasilkan kopi terbaik baik kopi biji, kopi bubuk maupun drip kopi di segmen kualitas tertinggi untuk hotel, restoran, kafe dan juga keperluan industri,” katanya.
Baca juga: Penjualan kopi khas Garut mulai menggeliat
Baca juga: Menperin Agus Gumiwang dukung kampanye Satu dalam Kopi
Baca juga: 70 barista Indonesia perebutkan tiket ke kejuaraan barista dunia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
“Semangat dunia usaha yang menjalankan kegiatan manufakturnya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat sangat membantu perputaran roda perekonomian nasional di masa yang cukup berat saat ini,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Abdul Rochim pada acara Pelepasan Kontainer Ekspor Produk Kopi Olahan PT UCC Victo Oro Prima ke China yang digelar di Kawasan Industri Bogorindo, Sentul, Jawa Barat, Selasa.
Dalam keterangan tertulis, Abdul Rochim menyampaikan apresiasinya kepada PT UCC Victo Oro Prima yang mampu meningkatkan pengapalan produknya ke pasar mancanegara.
“Ekspor dalam masa pandemi COVID-19 ini, kami rasa bisa memotivasi kita semua, mulai dari pihak pemerintah hingga dunia usaha, bahwa peluang masih ada, sehingga kalau bisa semangat ini terus kita gerakkan,” ujarnya.
Selain menghasilkan devisa, ekspor produk kopi olahan Indonesia juga bisa menjadi parameter eksistensi produk kopi olahan nasional di pasar internasional.
Produk yang diekspor oleh PT UCC Victo Oro Prima berupa roasted coffee beans dengan tiga varian kopi, yakni kintamani blend, java blend, dan Toraja blend dengan total volume sebesar 4,82 ton.
Rochim mengemukakan industri pengolahan kopi nasional tidak hanya menjadi pemain utama di pasar domestik, akan tetapi juga dikenal sebagai pemain global.
“Pada 2019, ekspor produk kopi olahan memberikan sumbangan pemasukan devisa sebesar USD610,89 juta, atau meningkat sekitar 5,33 persen dibanding tahun 2018,” ungkapnya.
Capaian positif tersebut tidak terlepas dari potensi Indonesia sebagai negara penghasil biji kopi terbesar keempat di dunia, setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia, dengan produksi rata-rata sekitar 773 ribu ton per tahun atau 8 persen dari produksi kopi dunia.
Pada Januari-Juni 2020, di masa pandemi Covid-19, neraca perdagangan produk kopi olahan nasional masih mengalami surplus sebesar USD211,05 Juta.
“Saat ini, ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi olahan berbasis kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke sejumlah negara tujuan utamanya seperti di kawasan ASEAN, China, dan Uni Emirat Arab,” katanya.
Untuk meningkatkan daya saing produk kopi olahan Indonesia, Kemenperin terus aktif mendorong pengembangan sektor industrinya melalui penerapan berbagai kebijakan strategis. Misalnya, berupaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia seperti barista, roaster, dan penguji cita rasa (cupper).
Selanjutnya, peningkatan nilai tambah biji kopi di dalam negeri, dan peningkatan mutu kopi olahan utamanya kopi sangrai (roasted bean) melalui penguasaan teknologi roasting, pengembangan standar produk (SNI) dan standar kompetensi kerja (SKKNI).
Rochim optimistis, Indonesia akan terus menjadi eksportir utama produk kopi olahan karena didukung pula dengan maraknya gaya hidup minum kopi di dunia.
“Selain itu, Indonesia yang tadinya dikenal sebagai produsen kopi, juga dikenal sebagai negara konsumen kopi,” ujarnya.
Sebelum pandemi, perkembangan industri kopi di tanah air didorong oleh beberapa faktor seperti pertumbuhan kelas menengah, perubahan gaya hidup masyarakat dan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap kopi lokal, sehingga konsumsi di dalam negeri meningkat cukup tinggi.
“Industri pengolahan kopi kemarin tumbuh cukup bagus, dengan adanya banyak kafe. Mudah-mudahan dengan adanya ekspor kopi olahan, bisa menggerakkan ekonomi lagi,” tandasnya.
Direktur PT UCC Victo Oro Prima, Victor Waskito Purwana menjelaskan, PT UCC Victo Oro Prima yang didirikan pada bulan Desember 2012 telah memiliki beberapa sertifikat yang dibutuhkan oleh industri kopi olahan, seperti sertifikat HALAL, ISO 22000, dan Rain Forest Alliance.
“Kami berkomitmen untuk menawarkan dan menghasilkan kopi terbaik baik kopi biji, kopi bubuk maupun drip kopi di segmen kualitas tertinggi untuk hotel, restoran, kafe dan juga keperluan industri,” katanya.
Baca juga: Penjualan kopi khas Garut mulai menggeliat
Baca juga: Menperin Agus Gumiwang dukung kampanye Satu dalam Kopi
Baca juga: 70 barista Indonesia perebutkan tiket ke kejuaraan barista dunia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020