Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Annisa Rahmania Yulman, Sp.A, menyarankan agar anak harus tetap aktif selama masa pandemi COVID-19.
"Walaupun anak di rumah saja, anak harus tetap aktif untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan mereka berlangsung optimal," kata Dokter Spesialis Anak yang akrab disapa Dokter Ninis tersebut dalam keterangannya, Rabu.
Ia mengatakan Sedentary lifestyle (Gaya hidup kurang gerak) harus dihindari, harus istirahat cukup dan walaupun di rumah aja, penggunaan gadget harus bijak walaupun sekolah pun juga menggunakan gadget. Orang tua harus mempunyai dalih dan strategi untuk mengatur screen time anak,” papar .
"Screen time untuk anak 0-1 tahun adalah zero atau nol. Tidak boleh ada screen time untuk anak 0-1 tahun," katanya.
Sedangkan untuk anak di atas usia 1-2 tahun, orang dewasa harus selalu mendampingi anak-anak dalam memanfaatkan gawainya. Beberapa tanda-tanda anak yang adiksi gawai perlu diwaspadai, seperti anak sulit konsentrasi, mudah tantrum, dan sejenisnya.
Dokter Ninis juga menyampaikan bahwa untuk mencapai kualitas kehidupan yang baik dan aktif, anak diharuskan melakukan aktivitas fisik selama waktu tertentu yang berbeda untuk setiap umurnya. Dalam sehari, minimal selama 30 menit aktivitas fisik dianjurkan untuk 0-1 tahun, 180 menit anak umur 1-2 tahun dan umur 3-4 tahun.
"Tentunya, intensitas beratnya aktivitas untuk anak usia 1-2 tahun dan 3-4 tahun berbeda," ujarnya.
Sementara itu, Perawat RSUI Ns. Mila Sri Wardani mengatakan orang tua harus sering merangsang anak-anak ini selama usia emasnya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Masa peka setiap anak berbeda, jadi jangan pernah membandingkan satu anak dan anak lainnya, bahkan anak kembar pun berbeda
"Masa usia dini disebut juga masa keemasan atau golden ages yang menyebabkan si kecil mulai peka menerima berbagai macam rangsangan," ujarnya.
Lebih lanjut Mila yang bertugas sebagai Primary Nurse di Bagian Pediatrik tersebut menyampaikan bahwa pergerakan anak mencakup motorik kasar dan motorik halus tetap harus terpenuhi selama masa pandemi ini.
Motorik kasar dan motorik halus harus seimbang dan hal tersebut merupakan kewajiban orang tua untuk menciptakan permainan yang menyenangkan dan mempertimbangkan pergerakan motoriknya.
"Tentu saja, protokol kesehatan selama masa pandemi ini harus diperhatikan selama bermain bersama anak," katanya.
Baca juga: Dua dari tiga anak Indonesia pernah alami kekerasan
Baca juga: Wapres Ma'ruf berpesan anak-anak harus optimistis di masa pandemi
Baca juga: DPRD Jabar: HAN momentum perlindungan anak saat pandemi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Walaupun anak di rumah saja, anak harus tetap aktif untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan mereka berlangsung optimal," kata Dokter Spesialis Anak yang akrab disapa Dokter Ninis tersebut dalam keterangannya, Rabu.
Ia mengatakan Sedentary lifestyle (Gaya hidup kurang gerak) harus dihindari, harus istirahat cukup dan walaupun di rumah aja, penggunaan gadget harus bijak walaupun sekolah pun juga menggunakan gadget. Orang tua harus mempunyai dalih dan strategi untuk mengatur screen time anak,” papar .
"Screen time untuk anak 0-1 tahun adalah zero atau nol. Tidak boleh ada screen time untuk anak 0-1 tahun," katanya.
Sedangkan untuk anak di atas usia 1-2 tahun, orang dewasa harus selalu mendampingi anak-anak dalam memanfaatkan gawainya. Beberapa tanda-tanda anak yang adiksi gawai perlu diwaspadai, seperti anak sulit konsentrasi, mudah tantrum, dan sejenisnya.
Dokter Ninis juga menyampaikan bahwa untuk mencapai kualitas kehidupan yang baik dan aktif, anak diharuskan melakukan aktivitas fisik selama waktu tertentu yang berbeda untuk setiap umurnya. Dalam sehari, minimal selama 30 menit aktivitas fisik dianjurkan untuk 0-1 tahun, 180 menit anak umur 1-2 tahun dan umur 3-4 tahun.
"Tentunya, intensitas beratnya aktivitas untuk anak usia 1-2 tahun dan 3-4 tahun berbeda," ujarnya.
Sementara itu, Perawat RSUI Ns. Mila Sri Wardani mengatakan orang tua harus sering merangsang anak-anak ini selama usia emasnya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Masa peka setiap anak berbeda, jadi jangan pernah membandingkan satu anak dan anak lainnya, bahkan anak kembar pun berbeda
"Masa usia dini disebut juga masa keemasan atau golden ages yang menyebabkan si kecil mulai peka menerima berbagai macam rangsangan," ujarnya.
Lebih lanjut Mila yang bertugas sebagai Primary Nurse di Bagian Pediatrik tersebut menyampaikan bahwa pergerakan anak mencakup motorik kasar dan motorik halus tetap harus terpenuhi selama masa pandemi ini.
Motorik kasar dan motorik halus harus seimbang dan hal tersebut merupakan kewajiban orang tua untuk menciptakan permainan yang menyenangkan dan mempertimbangkan pergerakan motoriknya.
"Tentu saja, protokol kesehatan selama masa pandemi ini harus diperhatikan selama bermain bersama anak," katanya.
Baca juga: Dua dari tiga anak Indonesia pernah alami kekerasan
Baca juga: Wapres Ma'ruf berpesan anak-anak harus optimistis di masa pandemi
Baca juga: DPRD Jabar: HAN momentum perlindungan anak saat pandemi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020