Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan para ulama untuk tidak menganggap remeh COVID-19, apalagi sampai menganggap pandemik tersebut merupakan rekayasa atau konspirasi dari kelompok elit tertentu.
Hal itu disampaikan langsung oleh Ma'ruf Amin usai makan siang bersama para ulama dan perwakilan pengurus organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan Islam di Istana Wapres Jakarta, Jumat.
"Saya harap jangan ada yang menganggap ini tidak berbahaya. Bahaya ini sudah jelas, sudah diyakini dan itu sudah menimpa seluruh dunia, termasuk kita. Jangan ada di antara kita yang kemudian mempersoalkan apakah ini konspirasi atau rekayasa," kata Ma'ruf di Jakarta, Jumat.
Para pemuka agama dan ulama harus mementingkan keselamatan umatnya, khususnya di masa pandemik dengan menyerukan pentingnya mematuhi protokol kesehatan untuk meminimalkan penyebaran COVID-19.
"Yang kita hadapi sekarang adalah menyelamatkan umat atau himayatul ummah dari dharar pandemik ini. Tugas ulama itu kan dua, membangun kemaslahatan dan kemanfaatan; nah sekarang kita sedang dihadapkan pada bahaya COVID-19 ini," tuturnya.
Wapres mengatakan angka kenaikan penyebaran dan penderita COVID-19 di Indonesia terus meningkat karena masyarakat tidak disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Padahal, protokol kesehatan itu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan tersebut, lanjut Ma'ruf, maka fase pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dapat segera diakhiri dan menuju masa adaptasi kebiasaan baru (AKB).
"Semula memang kita melihat ada penurunan. Oleh karena itu, pemberlakuan apa yang dulu kita sebut new normal dan sekarang adaptasi kebiasaan baru, itu untuk menangani masalah ini. Kenapa ini masih naik? Karena kurang disiplinnya masyarakat dalam menaati protokol kesehatan," ujarnya menjelaskan.
Oleh karena itu, Wapres meminta para ulama dan pemuka agama untuk terus mengingatkan umatnya agar mematuhi protokol kesehatan. Dengan menggunakan masker, menjaga jarak fisik, rajin mencuci tangan dengan sabun dan menjaga kebersihan; maka rantai penyebaran COVID-19 dapat diputus sembari menunggu vaksin dan obat untuk COVID-19 diproduksi.
Baca juga: Doni Monardo sebut masih ada yang anggap COVID-19 konspirasi
Baca juga: Muhamamdiyah: pandemi COVID-19 bukan hasil konspirasi
Baca juga: Teori konspirasi hasil cara berpikir tekstual dan konservatif
Baca juga: Muhammadiyah ajak masyarakat jangan larut teori konspirasi COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020