Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan narasi teori konspirasi COVID-19 muncul dari kelompok masyarakat dengan cara berpikir tekstual dan konservatif sehingga membentuk cara pandang yang sempit termasuk dalam memahami persoalan pandemi.
"Teori konspirasi menjadi angle utama mereka dalam melihat suatu persoalan yang muncul, seperti cara memandang pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini. Mereka akan cenderung mengatakan bahwa ini merupakan konspirasi untuk melemahkan umat Islam," kata Wapres Ma'ruf Amin saat menyampaikan ceramah yang disiarkan TVRI dari kediaman Wapres di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Muhammadiyah ajak masyarakat jangan larut teori konspirasi COVID-19
Menurut dia, kelompok orang dengan cara berpikir tersebut akan menolak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena dianggap tidak sesuai dengan teks-teks yang mereka pahami.
"Orang yang mempunyai cara berpikir tekstual biasa dikategorikan sebagai kelompok konservatif. Padahal kesalahan utamanya adalah berada pada cara berpikir mereka yang tekstualis dalam memahami, dan ini tidak sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW," katanya.
Ia mengatakan cara berpikir tekstual dapat terlihat di masa pandemi COVID-19, di mana fatwa MUI terkait kemudahan beribadah dianggap sebagai upaya untuk menjauhkan umat Islam dari Allah SWT.
Baca juga: YouTube pantau informasi palsu soal konspirasi corona dan 5G
"Perspektif dari cara berpikir tekstual juga menimbulkan kecurigaan yang berlebihan, khususnya terhadap kelompok-kelompok yang dianggapnya sebagai musuh, seperti warga non-Muslim," kata Ma'ruf Amin.
"Buktinya, secara sistematis (mereka beranggapan) umat Islam dijauhkan dari masjid. Mereka meyakini bahwa cara terbaik melawan COVID-19 adalah dengan berbondong-bondong ke masjid. Padahal saat ini berpotensi menularkan virus," kata Wapres.
Oleh karena itu, Wapres meminta umat Islam untuk tidak menerapkan cara berpikir tekstual karena itu jauh dari roh keagamaan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Ma'ruf Amin mengingatkan bahwa potensi penularan COVID-19 tidak bisa hanya dipasrahkan kepada Allah SWT.
"Kita harus mengambil ikhtiar secara optimal atau kalau ulama mengatakan secara lahir berikhtiar, secara batin kita pasrah kepada Allah SWT," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020