Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Rita Verita mengatakan ada empat kasus anak yang meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bandung.
Empat kasus itu, kata Rita, terjadi pada bulan Januari dan Februari. Menurutnya keempat anak itu dalam kondisi yang syok (tekanan darah menurun) saat masuk rumah sakit.
"Januari ada dua kasus usia dua dan tiga tahun, Februari dua kasus. Mereka sudah dalam kondisi syok masuk ke rumah sakit," kata di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jalan Kopo Cirangrang, Kota Bandung, Jumat.
Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan, pada Januari ada sebanyak 248 kasus DBD, kemudian Februari ada 204 kasus. DBD. Dari keseluruhannya, ada empat kasus yang menelan korban jiwa.
Menurutnya penyebaran DBD sangat berpotensi dari adanya saluran-saluran air yang tidak dikuras. Sehingga air tersebut menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dapat menularkan DBD.
"Masyarakat sudah diberitahu, jangan hanya membersihkan tempat perindukan nyamuk yang biasa, tapi talang air jangan dilupakan," katanya.
Jika dibandingkan dengan tahun 2019, menurutnya kasus DBD mengalami penurunan drastis pada tahun ini. Pada Januari dan Februari tahun lalu, kasus DBD di Kota Bandung memang cukup banyak.
"Pada Januari 2019 ada 800 lebih kasus DBD, kemudian Februari ada 600 kasus, meninggal 14 orang selama satu tahun," katanya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan nyamuk penyebab DBD itu bersumber dari saluran air yang berada di pemukiman padat. Maka dari itu, ia meminta agar masyarakat selalu menguras air untuk antisipasi DBD.
"Masyarakat dihimbau agar rajin membersihkan talang (saluran air) jika ada genangan air, selain itu pola hidup bersih harus ditingkatkan," kata Yana.
Baca juga: Pasien DBD di RSUD Gunung Jati Cirebon meningkat
Baca juga: Warga Kota Bogor meninggal dunia karena DBD bertambah satu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Empat kasus itu, kata Rita, terjadi pada bulan Januari dan Februari. Menurutnya keempat anak itu dalam kondisi yang syok (tekanan darah menurun) saat masuk rumah sakit.
"Januari ada dua kasus usia dua dan tiga tahun, Februari dua kasus. Mereka sudah dalam kondisi syok masuk ke rumah sakit," kata di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jalan Kopo Cirangrang, Kota Bandung, Jumat.
Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan, pada Januari ada sebanyak 248 kasus DBD, kemudian Februari ada 204 kasus. DBD. Dari keseluruhannya, ada empat kasus yang menelan korban jiwa.
Menurutnya penyebaran DBD sangat berpotensi dari adanya saluran-saluran air yang tidak dikuras. Sehingga air tersebut menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dapat menularkan DBD.
"Masyarakat sudah diberitahu, jangan hanya membersihkan tempat perindukan nyamuk yang biasa, tapi talang air jangan dilupakan," katanya.
Jika dibandingkan dengan tahun 2019, menurutnya kasus DBD mengalami penurunan drastis pada tahun ini. Pada Januari dan Februari tahun lalu, kasus DBD di Kota Bandung memang cukup banyak.
"Pada Januari 2019 ada 800 lebih kasus DBD, kemudian Februari ada 600 kasus, meninggal 14 orang selama satu tahun," katanya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan nyamuk penyebab DBD itu bersumber dari saluran air yang berada di pemukiman padat. Maka dari itu, ia meminta agar masyarakat selalu menguras air untuk antisipasi DBD.
"Masyarakat dihimbau agar rajin membersihkan talang (saluran air) jika ada genangan air, selain itu pola hidup bersih harus ditingkatkan," kata Yana.
Baca juga: Pasien DBD di RSUD Gunung Jati Cirebon meningkat
Baca juga: Warga Kota Bogor meninggal dunia karena DBD bertambah satu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020