General Manager PT Indonesia Power Saguling POMU, Rusdiansyah mengatakan jumlah keramba jaring apung di Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, saat ini telah melebihi kapasitas yakni mencapai 35 ribu unit.

"Angka ini sudah melampaui daya dukung waduknya sendiri. Idealnya jumlah keramba di Waduk Saguling itu hanya 10 persen dari jumlah saat ini atau hanya 3.500," kata Rusdiansyah saat menjadi pembicara pada acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Plaza Belakang Gedung Sate Bandung, Selasa.

Dengan semakin maraknya keramba jaring apung itu maka kondisi perairan di Waduk Jatiluhur menjadi kotor atau menjadi tercemar dan uumnya dikotori bambu bekas kolam ikan.

Dia mengatakan untuk mengatasi masalah tersebut maka alih profesi menjadi produsen briket dapat menjadi solusi lingkungan sekaligus perekonomian di Saguling.

Rudiansyah mengatakan Waduk Saguling saat ini juga menjadi tempat 'penampungan' sampah-sampah yang dibuang ke Sungai Citarum dan anak-anak sungainya.

Dia mengatakan sampah rumah tangga pun bercampur dengan eceng gondok dan menjadi masalah bagi PLTA Saguling yang selama ini menyuplai listrik untuk Pulau Jawa dan Bali.

Pihaknya berupaya menangani limbah rumah tangga dan eceng gondok yakni dengan mendirikan pabrik yang memproduksi briket berbahan baku eceng gondok dan sampah rumah tangga.

"Jadi bagaimana kami olah sampah menjadi energi, sampah-sampah di waduk ini kita kumpulkan, angkat bersama eceng gondoknya," kata.

"Kami keringkan dan olah menjadi briket. Setelah sampah jadi masalah, sekarang sudah jadi berkah," kata Rusdiansyah.

Pabrik ini, kata dia, didirikan di sekitar Waduk Saguling, tepatnya di Desa Rongga dan Bongas dam pihaknya sudah melatih para petani keramba jaring apung dan warga sekitar menjadi pembuat briket tersebut.

Ia menjelaskan briket sampah ini kemudian kami gunakan menjadi bahan energi listrik dan ada laboratorium dan fasilitas yang didirikan di sekitar waduk di atas lahan seluas empat hektare.

"Kami akan terus mengembangkan pelatihan dan usaha ini," tuturnya.

Dia menambahkan dalam sehari, pabrik briket ini mengolah tiga ton sampah menjadi satu ton briket dengan rincian pengunaannya sebanyak 50 persen sampah domestik dan sisanya yakni 50 persen eceng gondok.

Baca juga: Pemprov Jabar kucurkan Rp30 miliar untuk pengembangan wisata di Waduk Jatigede

Baca juga: Puluhan jaring apung Jangari rusak akibat arus deras sungai Cisokan


 

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020