Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mencatat sepanjang Januari 2020 sebanyak 84 kasus bencana terjadi di beberapa kecamatan di kabupaten terluas di Pulau Jawa dan Bali ini.
"Sejak awal tahun bencana didominasi longsor dan pergerakan tanah," kata Kepala Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna di Sukabumi, Senin.
Adapun rincian kejadian bencana itu, kebakaran sebanyak 11 kejadian, longsor dan pergerakan tanah 33 kejadian, banjir enam kejadian dan lain-lain 11 kejadian. Akibat bencana ini sebanyak 22 rumah rusak berat, 20 rusak sedang, delapan rusak ringan dan 24 unit terancam.
Tidak hanya rumah, beberapa fasilitas umum pun tidak luput dari terjangan bencana seperti masing-masing dua jembatan rusak berat dan sedang serta dua sekolah rusak sedang, kemudian, masing-masing tujuh unit saluran air atau irigasi rusak berat dan sedang.
Menurutnya, dari hasil rekapitulasi kejadian bencana ini jumlah kerugian mencapai Rp3.481.000.000 dan untuk seluruh warga yang terdampak bencana sudah mendapatkan bantuan darurat (sementara).
Tingginya angka kejadian bencana khususnya longsor dan pergerakan tanah ini dikarenakan kondisi tanah di Kabupaten Sukabumi yang labil, ditambah sejak awal 2020 hujan turun hampir sepanjang hari yang menyebabkan potensi bencana cukup tinggi.
"Kabupaten Sukabumi merupakan daerah rawan terjadi bencana tidak hanya saat musim hujan saja, tetapi pada musim kemarau pun kerap terjadi bencana apalagi bencana longsor dan pergerakan tanah," tambahnya.
Di sisi lain, pada awal Februari ini sudah terjadi beberapa kejadian bencana yang masih didominasi pergerakan tanah dan longsor. Bahkan, pada Minggu, (9/2) terjadi longsor di Kampung Cicurug, Desa Narogong, Kecamatan Purabaya sekitar pukul 20.15 WIB yang menyebabkan saluran irigasi sepanjang 20 meter tertimbun dan jebol. Dampak dari bencana itu sekitar 25 hektare lahan pertanian tidak bisa dialiri air.
Pihaknya mengimbau kepada warga dengan kondisi cuaca yang cukup ekstrem ditandakan dengan turun hujan lebat disertai angin dan petir agar selalu waspada.
"Khususnya yang tinggal di daerah rawan bencana seperti di perbukitan, aliran sungai dan lain-lain," demikian Daeng Sutisna.
Baca juga: Bupati Sukabumi imbau petani bercocok tanam model demplot
Baca juga: Pemkab Sukabumi gandeng berbagai elemen tangani limbah plastik di objek wisata
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Sejak awal tahun bencana didominasi longsor dan pergerakan tanah," kata Kepala Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna di Sukabumi, Senin.
Adapun rincian kejadian bencana itu, kebakaran sebanyak 11 kejadian, longsor dan pergerakan tanah 33 kejadian, banjir enam kejadian dan lain-lain 11 kejadian. Akibat bencana ini sebanyak 22 rumah rusak berat, 20 rusak sedang, delapan rusak ringan dan 24 unit terancam.
Tidak hanya rumah, beberapa fasilitas umum pun tidak luput dari terjangan bencana seperti masing-masing dua jembatan rusak berat dan sedang serta dua sekolah rusak sedang, kemudian, masing-masing tujuh unit saluran air atau irigasi rusak berat dan sedang.
Menurutnya, dari hasil rekapitulasi kejadian bencana ini jumlah kerugian mencapai Rp3.481.000.000 dan untuk seluruh warga yang terdampak bencana sudah mendapatkan bantuan darurat (sementara).
Tingginya angka kejadian bencana khususnya longsor dan pergerakan tanah ini dikarenakan kondisi tanah di Kabupaten Sukabumi yang labil, ditambah sejak awal 2020 hujan turun hampir sepanjang hari yang menyebabkan potensi bencana cukup tinggi.
"Kabupaten Sukabumi merupakan daerah rawan terjadi bencana tidak hanya saat musim hujan saja, tetapi pada musim kemarau pun kerap terjadi bencana apalagi bencana longsor dan pergerakan tanah," tambahnya.
Di sisi lain, pada awal Februari ini sudah terjadi beberapa kejadian bencana yang masih didominasi pergerakan tanah dan longsor. Bahkan, pada Minggu, (9/2) terjadi longsor di Kampung Cicurug, Desa Narogong, Kecamatan Purabaya sekitar pukul 20.15 WIB yang menyebabkan saluran irigasi sepanjang 20 meter tertimbun dan jebol. Dampak dari bencana itu sekitar 25 hektare lahan pertanian tidak bisa dialiri air.
Pihaknya mengimbau kepada warga dengan kondisi cuaca yang cukup ekstrem ditandakan dengan turun hujan lebat disertai angin dan petir agar selalu waspada.
"Khususnya yang tinggal di daerah rawan bencana seperti di perbukitan, aliran sungai dan lain-lain," demikian Daeng Sutisna.
Baca juga: Bupati Sukabumi imbau petani bercocok tanam model demplot
Baca juga: Pemkab Sukabumi gandeng berbagai elemen tangani limbah plastik di objek wisata
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020