Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria menyatakan pihaknya telah merombak kurikulum agar selaras dengan penerapan konsep Revolusi Industri 4.0 yang sedang digencarkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini.
"Kami sedang merombak kurikulum agar berbasis 4.0," kata Arif Satria dalam acara Seminar Nasional Sekolah Bisnis IPB di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, sekarang ini berbagai kurikulum telah benar-benar menitikberatkan kepada inovasi agar juga dapat tercipta smart farming, smart forestry, smart fishing, serta juga smart business.
Arif juga mengungkapkan berbagai inovasi yang telah ditelurkan oleh mahasisaw IPB, seperti teknologi pemantau presisi produksi kelapa sawit, teknologi untuk produk halal serta mengenali spesies ikan.
Bahkan, lanjutnya, juga telah ada aplikasi buatan IPB yang bisa mengenali tingkat kemanisan buah-buahan serta penerjemah tangisan bayi.
Selain itu, ujar dia, ada pula Risk Fire System yang bisa mendeteksi adanya potensi kebakaran hutan di suatu daerah dari enam bulan sebelumnya.
Rektor IPB juga mengemukakan bahwa salah satu ciri khas IPB adalah memiliki inspirasi untuk dapat menghasilkan suatu inovasi yang bagus.
Sementara itu, Dekan Sekolah Bisnis IPB Noer Azam Achsani menyatakan, pihaknya secara konsisten telah menciptakan lulusan unggul dan kompetitif.
Terkait Industri 4.0, pola perusahaan yang selaras dengan penerapan Industri 4.0 juga harus dapat menyesuaikan diri dengan karakteristik dan pola yang dianut oleh generasi milenial yang saat ini jumlahnya sangat dominan bagi sumber daya manusia nasional.
"Kita melihat bahwa kemajuan zaman tidak bisa dielakkan. Kalau kita melawan maka kita akan tertinggal," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Industri Johnny Darmawan dalam diskusi yang digelar Apindo tentang "Merumuskan Hubungan Ketenagakerjaan di Era Digital" di Jakarta, Kamis (24/10).
Apalagi, ujar dia, Indonesia dapat disebut sebagai negara unik dengan jumlah populasi yang besar, tetapi sekitar 60 persen tenaga kerjanya adalah lulusan SD dan SMP.
Untuk itu, ia mengingatkan bahwa bila konsep Industri 4.0 mau diterapkan, maka juga harus dipahami karakter generasi milenial yang saat ini menjadi SDM.
Menurut Johnny, generasi milenial rata-rata ingin melaksanakan pekerjaan yang dia senangi, dan bila mendapatkan penghasilan biasanya akan dihabiskan segera.
Selain itu, Ketua Apindo Bidang Industri juga menyebutkan bahwa milenial cenderung tidak mau diatur dengan waktu, atau dengan kata lain lebih mengutamakan fleksibilitas jam kerja.
Sedangkan penerapan industri 4.0, masih menurut dia, sebenarnya pada akhirnya bisa mengurangi tenaga kerja manusia menjadi mesin otomatis sehingga perlu ditekankan adanya program menciptakan kerja.
Baca juga: IPB genap 56 tahun telah panen prestasi nasional dan internasional
Baca juga: Alumni IPB gelar seminar perubahan paradigma dunia usaha
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Kami sedang merombak kurikulum agar berbasis 4.0," kata Arif Satria dalam acara Seminar Nasional Sekolah Bisnis IPB di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, sekarang ini berbagai kurikulum telah benar-benar menitikberatkan kepada inovasi agar juga dapat tercipta smart farming, smart forestry, smart fishing, serta juga smart business.
Arif juga mengungkapkan berbagai inovasi yang telah ditelurkan oleh mahasisaw IPB, seperti teknologi pemantau presisi produksi kelapa sawit, teknologi untuk produk halal serta mengenali spesies ikan.
Bahkan, lanjutnya, juga telah ada aplikasi buatan IPB yang bisa mengenali tingkat kemanisan buah-buahan serta penerjemah tangisan bayi.
Selain itu, ujar dia, ada pula Risk Fire System yang bisa mendeteksi adanya potensi kebakaran hutan di suatu daerah dari enam bulan sebelumnya.
Rektor IPB juga mengemukakan bahwa salah satu ciri khas IPB adalah memiliki inspirasi untuk dapat menghasilkan suatu inovasi yang bagus.
Sementara itu, Dekan Sekolah Bisnis IPB Noer Azam Achsani menyatakan, pihaknya secara konsisten telah menciptakan lulusan unggul dan kompetitif.
Terkait Industri 4.0, pola perusahaan yang selaras dengan penerapan Industri 4.0 juga harus dapat menyesuaikan diri dengan karakteristik dan pola yang dianut oleh generasi milenial yang saat ini jumlahnya sangat dominan bagi sumber daya manusia nasional.
"Kita melihat bahwa kemajuan zaman tidak bisa dielakkan. Kalau kita melawan maka kita akan tertinggal," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Industri Johnny Darmawan dalam diskusi yang digelar Apindo tentang "Merumuskan Hubungan Ketenagakerjaan di Era Digital" di Jakarta, Kamis (24/10).
Apalagi, ujar dia, Indonesia dapat disebut sebagai negara unik dengan jumlah populasi yang besar, tetapi sekitar 60 persen tenaga kerjanya adalah lulusan SD dan SMP.
Untuk itu, ia mengingatkan bahwa bila konsep Industri 4.0 mau diterapkan, maka juga harus dipahami karakter generasi milenial yang saat ini menjadi SDM.
Menurut Johnny, generasi milenial rata-rata ingin melaksanakan pekerjaan yang dia senangi, dan bila mendapatkan penghasilan biasanya akan dihabiskan segera.
Selain itu, Ketua Apindo Bidang Industri juga menyebutkan bahwa milenial cenderung tidak mau diatur dengan waktu, atau dengan kata lain lebih mengutamakan fleksibilitas jam kerja.
Sedangkan penerapan industri 4.0, masih menurut dia, sebenarnya pada akhirnya bisa mengurangi tenaga kerja manusia menjadi mesin otomatis sehingga perlu ditekankan adanya program menciptakan kerja.
Baca juga: IPB genap 56 tahun telah panen prestasi nasional dan internasional
Baca juga: Alumni IPB gelar seminar perubahan paradigma dunia usaha
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019