Jakarta (Antaranews Jabar) - Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri bercerita soal bendera pusaka di hadapan para Pengurus Pusat dan Anggota Purna Paskibraka Indonesia, di Balai Sarbini, Jakarta, Minggu malam.
"Bendera pusaka itu, kainnya yang berwarna merah diperoleh dari orang Jepang, dan bendera pusaka ini pernah dibelah dua, demi menghindari Belanda yang mencoba menjajah kembali Indonesia," kata Megawati Soekarnoputri dalam pidatonya pada acara Penganugerahan Lifetime Achievement Bhakti Teratai Putra Indonesia dari Pengurus Pusat Purna Paskribraka Indonesia kepada Megawati Soekarnoputri.
Megawati mengaku riwayat bendera pusaka ini diceritakan langsung oleh ibunya, Fatmawati, yang menjadi penjahit bendera pusaka itu. Soekarno dan Fatmawati, pada tahun 1944, sama-sama sudah merasa cita-cita seumur hidupnya yakni memerdekakan Indonesia, akan segera tercapai.
"Waktu itu zaman Jepang, ibu yang masih mengandung kakak saya, menjahit bendera merah putih, tapi susah sekali mencari kain warna merah. Kalau kain warna putih banyak," kata Megawati.
Ketua Umum PDI Perjuangan itu menambahkan, Fatmawati kemudian mendapatkan kain warna merah dari seorang Jepang yang simpati kepadanya. "Dia seorang pengusaha bangsa Jepang yang mencarinya dan dapat. Lalu kain itu dijahit dan disimpan ibu saya," kata Megawati.
Bendera pusaka itu dikibarkan pertama kali di Jalan Pegangsaan Timur, tempat di mana Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dinyatakan pertama kali oleh Soekarno dan Hatta.
Setelah proklamasi dikumandangkan, menurut Megawati, ternyata Belanda tak bisa menerima kenyataan itu dan mencoba melakukan agresi kembali. Sebagai proklamator dan Presiden pertama RI, Soekarno pun terancam. Soekarno kemudian membawa keluarganya pindah ke Yogyakarta, atas permintaan Sultan Hamengkubuwono IX.
"Ini yang tak banyak diketahui. Ibu saya bercerita. Sebelum kami pindah, ayah saya (Bung Karno) bilang ke Mutahar. Saya beri tugas kamu bawa bendera merah putih ke Yogyakarta. Saya tak mau tahu gimana caranya, yang pasti harus selamat," kata Megawati mengisahkan.
Habib Husein Mutahar adalah seorang mayor, yang dikenal juga sebagai Bapak Paskibraka Indonesia. "Cerita ibu saya, bendera itu dibuka lagi jahitannya, dipisah antara kain putih dan merahnya. Bendera itu tidak bisa dibawa satu orang. Namun, bendera itu sampai juga di Yogyakarta dan ibu saya menjahitnya kembali," kata Megawati.
Sampai bagian itu, Megawati terdiam sebentar, mengenang kisah perjuangan yang heroik membawa bendera itu dari Jakarta ke Yogyakarta. "Ini kain hanya merah dan putih, tapi jiwanya ada," kata Megawati, sambil menunjuk dadanya. "Jiwanya ada di sini, ada di dada kita, roh kita," kata Megawati.
Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu menegaskan, kalau sekarang ada yang mau mengganti bendera merah putih, dengan yang lain, Megawati kemudian bertanya, bagaimana para pemuda, apakah siap mempertahankan negara ini? Pernyataan Megawati itu menantang para peserta acara yang mayoritas adalah para pemuda, purna Paskibraka angkatan 2000-an ke atas. "Saya harapkan, mulai malam ini, roh bendera pusaka itu kembali, roh untuk mempertahankankan merah putih kita," kata Megawati.