Sebagai informasi, perubahan nama RSUD Al Ihsan menjadi RSUD Welas Asih, menimbulkan polemik dan penolakan berbagai pihak, karena Dedi dinilai mengubah sejarah pembentukan rumah sakit.
Salah satunya, datang dari Aliansi Pergerakan Islam Jawa Barat (API Jabar) yang menilai Dedi menafikan sejarah pendirian RS Al-Ihsan adalah buah karya para ulama dan tokoh masyarakat yang berusaha membangun sinergi antara seluruh unsur umat Islam di Jawa Barat, baik dari kalangan ulama, mudarris, pesantren, MUI, hingga unsur pemerintah.
Ketua API Jabar Asep Syaripuddin menyebutkan Yayasan Al-Ihsan didirikan pada 15 Januari 1993 oleh enam tokoh penting Jawa Barat yang mewakili unsur ulama, tokoh dan pemerintah yaitu Drs. H. M Ukman Sutaryan, H. M A Sampoerna, H. Agus Muhyidin, KH R Totoh Abdul Fatal, Drs. KH Ahmad Syahid dan Drs. H Muhammad Soleh, MM.
Yayasan ini kemudian mendirikan Rumah Sakit Islam Al-Ihsan sebagai salah satu amal usahanya.
Peletakan batu pertama pembangunan rumah sakit dilakukan pada 11 Maret 1993, yang bertepatan dengan 17 Ramadan 1414 H — sebuah momentum penuh keberkahan. Rumah sakit ini mulai beroperasi pada 12 November 1995. Awalnya dikelola oleh Yayasan Al-Ihsan sejak 1993 hingga 2004, kemudian beralih menjadi milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2004.
Melalui Perda Provinsi Jawa Barat No. 23 Tahun 2008, sejak tanggal 19 November 2008 rumah sakit ini resmi bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al-Ihsan Jawa Barat.
"Meskipun nama resminya RSUD Al-Ihsan, namun janganlah dilupakan akar sejarah dan nilai-nilai spiritual yang melandasi pendiriannya," ujar Asep.
Terbaru, API Jabar Rabu ini melakukan audiensi dengan DPRD Jawa Barat untuk menyatakan keberatannya atas penggantian nama itu, dan menitipkan surat penolakan perubahan nama fasilitas tersebut yang ditujukan ke Dedi Mulyadi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KDM kenalkan logo siluet kujang RSUD Welas Asih di tengah polemik
