Bandung (ANTARA) - Tanpa kita sadari, taman yang berada di sekitar kita bisa jadi kurang optimal dalam konservasi ekologi. Taman-taman di sekitar kita, bukan lagi hanya sebagai penambah keindahan namun juga memegang peran penting dalam keseimbangan ekologi, baik untuk kelestarian satwa dan vegetasi, kelestarian biologi tanah, penurunan suhu permukaan karena sinar matahari, konservasi air hujan dan kenyamanan manusia.
Suatu taman yang luas, alih-alih menjadi penyeimbang ekologi, justru bisa jadi pengganggu ekologi apabila lebih dominan elemen penutup tanah (ground cover) perkerasan daripada elemen taman alami. Pemilihan jenis ground cover, elemen taman, hingga penentuan pola desain taman sangat berpengaruh dalam upaya optimalisasi konservasi ekologi.
Elemen taman, menurut Norman K. Booth dalam bukunya berjudul Basic Elements of Landscape Architectural Design, terdiri atas landform, tanaman, bangunan, perkerasan, struktur, dan air. Elemen lanskap tersebut terpadu satu sama lain, dengan dipengaruhi oleh proses alami hujan, kelembaban udara, temperatur, sinar matahari, pelapukan dan lain sebagainya.
Elemen-elemen lanskap tersebut menjadi penutup permukaan taman yang berpengaruh pada kemampuan taman dalam konservasi air hujan.
Dalam kaitannya dengan aspek hidrologi yang saat ini sedang viral masalah banjir, suatu taman yang lebih dominan perkerasan daripada vegetasi alami tanaman, akan memiliki kemampuan konservasi air yang rendah dan tidak optimal dalam menahan laju run off air hujan. Tingginya laju dan debit run off air hujan menuju saluran drainase dan sungai mengakibatkan bencana banjir di bagian yang lebih hilir.
Perhatian Serius
Oleh karena pentingnya pemilihan dan penyusunan elemen taman yang tepat dan terawasi, maka menurut saya perlu kiranya pemerintah memberi perhatian lebih serius dalam pembangunan-pembangunan taman.
Biasanya pengawasan pembangunan taman selama ini sudah menyatu dalam pengurusan izin Persetujuan Bangunan Gedung (PBG). Namun apakah sistem pengawasan ini sudah optimal?
Saya rasa masih belum optimal karena taman sekarang merupakan infrasturktur yang kompleks dengan banyak ragam desain. Isi dari taman bukan lagi hanya terdiri dari komposisi tanaman saja.
Seringkali kita jumpai taman tersusun dari dominan perkerasan atau kefisien daerah hijau (KDH) yang rendah. Taman yang memiliki KDH rendah dan tidak diimbangi dengan sistem resapan air hujan berpengaruh pada kemampuan taman dalam mengurangi runoff air hujan. Hal ini menyebabkan debit runoff ke bagian hilir akan lebih tinggi sehingga bila terakumulasi di suatu tempat dengan elevasi yang rendah akan mengakibatkan banjir.
Selain pemilihan jenis ground cover yang kurang tepat, riwayat dari taman atau kondisi sebelum taman terbangun juga berpengaruh terhadap konservasi air hujan. Kondisi tanah yang terlalu padat, adanya bekas buangan puing, atau bahkan adanya limbah beracun berbahaya dapat juga menghambat konservasi ekologi.
Oleh sebab itu, perizinan pembangunan taman tidak bisa lagi menjadi bagian dari PBG, namun perlu ada perijinan sendiri yang lebih dalam mengawasi aspek-aspek terkait taman tersebut.
Dasar pemikiran lainnya adalah adalah banyaknya taman yang dibangun di kelerengan miring hingga curam, yang seharusnya berupa hutan namun menjadi taman yang minim tanaman berakar dalam sehingga struktur tanah menjadi kuat dan mengurangi runoff air hujan.
