'Seren Taun' perwujudan syukur berlimpahnya hasil panen di Kuningan
Oleh Fathnur Rohman Minggu, 30 Juni 2024 20:00 WIB
Tak hanya budaya, Seren Taun juga mendatangkan berkah yang dirasakan oleh para pedagang. Omzet mereka melonjak seiring dengan membanjirnya pengunjung.
Iqbal, seorang pedagang dari Cimahi, mengaku rela datang lebih awal demi mendapatkan tempat strategis, mengingat banyak pula warga setempat yang memanfaatkan momentum ini untuk berdagang dengan menjajakan barang-barang khas Sunda. "Tahun lalu juga sudah ikut jualan di sini, lumayan, momen yang sangat dinanti," katanya.
Sejak sepekan lalu, berbagai pertunjukan seni pun telah digelar untuk menandai awal upacara. Semua pementasan tersebut menggambarkan perwujudan rasa syukur atas berkah dan karunia Tuhan, terutama di bidang pertanian.
Puncak acara dimulai dengan tarian Jamparing Apsari yang menyedot perhatian para pengunjung. Tarian ini melambangkan panah cinta kasih yang mengarah ke jantung hati.
Jamparing berarti busur, dan anak panahnya memiliki dua sisi sebagai senjata berburu dan "panah asmara". Tarian ini mengajak manusia untuk menyingkirkan kesombongan serta amarah, menggantikannya dengan welas asih kepada sesama maupun alam sekitar.
Selanjutnya, ada tarian Puragabaya Gebang mengingatkan akan kodrat manusia. Tarian ini diikuti oleh tari Maung Lugay yang mengajarkan kelincahan dan keperkasaan harimau dalam menjaga lingkungan.
Maung Lugay memiliki makna bahwa masyarakat Sunda harus menjadi manusia unggul di berbagai bidang. Tarian ini juga menggambarkan pentingnya melindungi lingkungan dengan penuh ketangkasan.