Jakarta (ANTARA) - Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari mengecam aksi rasisme dalam olahraga karena akan membuat olahraga Indonesia tidak bisa naik ke level yang lebih tinggi.
"Indonesia punya mimpi menjadi tuan rumah Olimpiade dan banyak multievent olahraga kelas dunia lain. Tapi kalau kita masih ada rasis dan diskriminasi, olahraga kita tidak akan pernah naik level. Mental ini yang harus dibenahi," ujar Oktohari dalam rilis pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia menyampaikan hal itu berkaitan dengan munculnya aksi rasisme dari oknum warga pengguna media sosial (warganet) pendukung timnas Indonesia U-23 usai laga play-off Olimpiade melawan Guinea di Paris, Prancis, Kamis (9/5).
Oktohari mengatakan, Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar tak boleh ada diskriminasi dalam olahraga sebagaimana nilai-nilai pada Piagam Olimpiade (Olympic Charter) yang menyebutkan tiga prinsip utama yaitu excellent, friendship, dan respect.
Piagam Olimpiade menjamin atlet yang berkompetisi tidak boleh mendapatkan diskriminasi dalam bentuk apa pun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, orientasi seksual, bahasa, agama, pendapat politik atau hal lain yang berkaitan dengan asal kebangsaan, sosial, properti, kelahiran atau status lainnya.
“Nilai-nilai ini yang harus kita jaga. Indonesia harus punya suara untuk no racism, no discriminations and keep sports as neutral zone," ujarnya.
Oktohari mengingatkan agar jangan sampai Indonesia dikucilkan dari pergaulan olahraga internasional karena melakukan diskriminasi dalam olahraga, terutama kepada atlet.
"Butuh kedewasaan untuk semua pihak supaya Indonesia bisa jadi negara yang ramah untuk olahraga internasional. Terlebih Indonesia punya mimpi untuk menggelar Olimpiade maupun Youth Olympic," imbuhnya.