Antarajawabarat.com,8/10 - Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung menggelar "Pidangan Seni Unpad Rumawat Padjadjaran" mengenang jasa peneliti dan ahli teori dan penemu notasi nada musik Sunda Almarhum Raden Machjar Angga Koesoemadinata.
Kepala UPT Humas Unpad Soni A Nulhakim di Bandung, Rabu, menyebutkan kegiatan mengenang jasa seniman yang akrab disapa Pak Mahjar atau Mahyar itu akan digelar Kamis (9/10) di Bale Rumawat Unpad Jalan Dipatiukur Kota Bandung.
"Kegiatan ini merupakan bagian dari apresiasi dan pewarisan seni budaya terutama seni dan musik Sunda kepada generasi muda," kata Soni.
Kegiatan bertema "Mieling Raden Machjar Angga Koesoemadinata" itu akan berlangsung dari pukul 15.30 WIB hingga pukul 17.30 WIB yang diisi diskusi dan pagelaran seni.
Raden Machjar Angga Koesoemadinata lebih dikenal dengan Pak Machjar atau Pak Mahyar, lahir di Sumedang, Jawa Barat 7 Desember 1902 dan meninggal dunia di Bandung 9 April 1979 pada umur 76 tahun adalah seorang seniman dan musikolog Sunda.
Ia dikenal sebagai pengarang lagu-lagu Sunda, pendidik yang mengkhususkan diri dalam memajukan pendidikan seni-suara Sunda, peneliti serta ahli teori musik Sunda, pencipta sistem notasi nada Sunda da mi na ti la dan penemu sistem 17 tangga nada Sunda.
Machjar yang dimasyarakat Jawa Barat lebih dikenal sebagai seorang seniman pencipta lagu-lagu Sunda sebenarnya adalah seorang pendidik dan pakar musikologi, khususnya etnomusikologi yang berspesialisasi dalam pelog dan salendro.
Pengetahuannya mengenai seni musik pelog dan salendro didapatkan dari sejak kanak-kanak dengan berguru pada beberapa juru tembang dan nayaga, di antaranya belajar rebab pada nayaga ulung Pak Etjen Basara, Pak Sura dan Pak Natadiredjo, belajar gamelan pada Pak Saidan Pak Idi, serta belajar tembang pada Pak Oetje juru pantun terkenal di Bandung.
Perkenalan Pak Machjar dengan metoda sains dan ilmu fisika, dan ilmu musik barat terjadi pada waktu ia menjadi murid di sekolah guru (Kweekschool dan Hogere Kweekschool).
Dengan dasar ilmu musik barat dan ilmu fisika yang cukup mendalam, ia melakukan pengukuran dan penelitian frekuensi suara-suara dari perangkat gamelan dan lagu-lagu yang dinyanyikan maupun dimainkan pada rebab.
Pada tahun 1923, saat masih di bangku sekolah, ia menciptakan serat kanayagan (notasi tangga nada Sunda) da mi na ti la, serta menulis buku teori seni suara Sunda berjudul 'Elmuning Kawih Sunda'.
Setelah menamatkan HKS dan ditempatkan sebagai guru di HIS Sumedang (1924-1932), ia melanjutkan penelitiannya mengenai teori seni raras.
Dalam kariernya sebagai peneliti adalah pertemuannya dengan Mr. Jaap Kunst, seorang etnomusikologi Belanda, antara tahun 1927-1929, yang sedang melakukan penelitian berbagai seni suara seluruh kepulauan Nusantara. Disini terjadi pertukaran ilmu, antara ilmu musik dari Jaap Kunst dan ilmu gamelan atau pelog-salendro dari Pak Machjar.
Pada tahun 1958-1959, ia diangkat menjadi Direktur Utama Konservatori Karawitan Sunda Bandung. Ia juga dosen luar biasa mengajar ilmu akustik dan gamelan di Konservatori Karawitan Surakarta (1953-1959).***3***
Syarif A
