New York (ANTARA) - Harga minyak mentah berjangka jatuh pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah kekhawatiran prospek permintaan minyak yang lebih lambat di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, dan kekecewaan dengan besarnya pemotongan suku bunga pinjaman utama China.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli terpangkas 1,28 dolar AS atau 1,78 persen, menjadi menetap di 70,50 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, hari terakhirnya untuk kontrak bulan depan AS.
Kontrak WTI yang lebih aktif untuk pengiriman Agustus, yang akan segera menjadi bulan depan AS, turun sekitar 1,0 persen menjadi 71,93 dolar AS per barel.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus merosot 0,71 dolar AS atau 0,93 persen, menjadi ditutup pada 75,90 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
"Minyak terkunci pada apa saja dan segala sesuatu yang berkaitan dengan China. Minggu ini, pedagang energi melihat pelemahan minyak muncul karena upaya stimulus yang mengecewakan," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.
Harga minyak mundur karena kekhawatiran baru atas permintaan pada Selasa (20/6/2023), setelah mencatat pertumbuhan substansial dalam dua sesi sebelumnya karena ekspektasi kebijakan stimulus dari China.