Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore menguat seiring pelaku pasar mencermati arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).
Rupiah ditutup menguat 18 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp14.948 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.965 per dolar AS.
"Pelaku pasar masih mencermati arah kebijakan suku bunga The Fed dan kekhawatiran resesi global," kata Analis Bank Woori Saudara Rully Nova saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Rully mengatakan The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps) pada Februari 2023, namun kenaikannya dinilai masih kurang agresif dibanding dengan rencana kenaikan bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB).
Untuk faktor internal pelaku pasar masih mencermati implementasi dari kebijakan devisa hasil ekspor yang dirilis Bank Indonesia (BI). Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 24/18/PBI/2022 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/14/PBI/2019 tentang Devisa Hasil Ekspor dan Devisa Pembayaran Impor (DHE dan DPI).
Penerbitan aturan baru tersebut dilatarbelakangi dengan pertimbangan untuk mendukung implementasi kebijakan moneter BI dalam memperkuat kestabilan nilai tukar rupiah melalui penguatan pengaturan DHE guna memastikan DHE, khususnya dari komoditas Sumber Daya Alam (SDA), dapat ditempatkan dalam pasar keuangan domestik secara berkesinambungan.
Selain itu pemerintah sedang membahas rencana untuk mewajibkan eksportir menyimpan DHE di dalam negara selama tiga bulan. Pemerintah sedang merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam.
Kurs Rupiah menguat seiring pasar cermati kebijakan suku bunga
Kamis, 26 Januari 2023 16:04 WIB