New York (ANTARA) - Harga minyak tergelincir pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), mencatat penurunan untuk sesi keempat berturut-turut, tertekan oleh meningkatnya kekhawatiran atas lemahnya permintaan setelah data pemerintah AS menunjukkan peningkatan besar tak terduga dalam stok bahan bakar.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari kehilangan 2,24 dolar AS atau 3,0 persen, menjadi menetap di 72,01 dolar per barel di New York Mercantile Exchange, menandai penyelesaian kontrak bulan depan terendah sejak 21 Desember 2021, menurut Dow Jones Market Data.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari merosot 2,18 dolar AS atau hampir 2,8 persen, menjadi ditutup pada 77,17 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, juga penyelesaian terendah sejak Desember lalu.
Harga minyak telah terpukul baru-baru ini di tengah kecemasan bahwa kondisi ekonomi makro yang memburuk akan melumpuhkan permintaan energi.
Data AS pada Rabu (7/12) menunjukkan peningkatan besar stok bensin dan bahan bakar sulingan AS menambah kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan bahan bakar.
Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (7/12) melaporkan bahwa total persediaan bensin AS meningkat sebesar 5,3 juta barel selama pekan yang berakhir 2 Desember, dan persediaan bahan bakar sulingan melonjak sebesar 6,2 juta barel. Analis yang disurvei oleh survei S&P Global Commodity Insights memperkirakan laporan tersebut menunjukkan kenaikan 2,9 juta barel untuk bensin dan 1,9 juta barel untuk sulingan.
Peningkatan stok bahan bakar melebihi penarikan 5,2 juta barel dalam stok minyak mentah. American Petroleum Institute (API) telah melaporkan penarikan persediaan minyak mentah sekitar 6,4 juta barel, menurut sumber pasar. Sementara itu, menurut EIA, persediaan minyak mentah komersial AS turun 5,2 juta barel pekan lalu.