New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh sekitar empat persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data AS menunjukkan stok minyak mentah dan bensin secara tak terduga melonjak minggu lalu dan OPEC+ menyetujui sedikit peningkatan target produksi minyaknya untuk September.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September kehilangan 3,76 dolar AS atau 4,0 persen, menjadi 90,66 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, penyelesaian terendah sejak 10 Februari. Kontrak mencapai terendah sesi di 90,38 dolar AS per barel, terlemah sejak 25 Februari.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober tergelincir 3,76 dolar AS atau 3,76 persen, menjadi ditutup pada 96,78 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, merupakan penyelesaian terendah sejak 21 Februari.
Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah negara itu meningkat 4,5 juta barel selama pekan yang berakhir 29 Juli karena karena ekspor turun dan penyulingan memangkas produksi. Para analis yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan penurunan 1,7 juta barel dalam pasokan minyak mentah.
Publikasi EIA juga menunjukkan peningkatan 0,2 juta barel dalam total persediaan bensin minggu lalu karena permintaan melambat, serta penurunan 2,4 juta barel dalam stok bahan bakar distilat.
"Jumlah minyak mentah jauh di atas ekspektasi. Bensin mengecewakan. Anda seharusnya tidak pernah melihat peningkatan bensin selama musim panas. Ini laporan yang sangat bearish," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, pada Rabu (3/8/2022) memutuskan untuk meningkatkan produksi sebesar 100.000 barel per hari selama September.