ANTARAJAWABARAT.com,13/9 - Ribuan hektare sawah yang mengandalkan air dari irigasi pemerintah yang ada di Cianjur, Jabar, saat ini terpaksa tidak ditanami, akibat terus berkurangnya debit air di saluran irigasi tersebut.
Data Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan (PSDAP) Cianjur, dari 31818 hektare luas lahan irigasi yang ada, saat ini hanya 1.494 hektare yang masih dapat ditanami, kata Kepala Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Irigasi PSDAP, Bambang Sudrajat, Kamis.
Ia mengatakan, beberapa irigasi tidak dapat memenuhi kebutuhan air bagi petani, namun ada kelebihan air di Kecamatan Cikalongkulon.
"Memang sebagian besar irigasi milik pemerintah saat ini, kondisinyakering. Namun di wilayah Cikalongkulon masih ada kelebihan karena debit air di sungai Cikundul, tidak terlalu drastis turunnya," ujar Bambang Sudrajat.
Dia menjelaskan, pola tanam masyarakat yang tidak teratur membuat sebagian besar lahan yang ada ketika musim kemarau tiba, tidak lagi ditanami karena kesulitan air. Pola tanam padi, padi dan palawija, tidak diterapkan secara maksimal.
"Untuk itu, kami mengimbau masyarakat untuk melakukan pola tanam tersebut, sebab ketika musim kemarau tiba, masih banyak petani yang memaksakan diri untuk menanami lahannya dengan padi, yang seharusnya palawija, yang tidak membutuhkan banyak air," ungkap Bambang Sudrajat.
Bambang menuturkan, kebutuhan air selama musim tanam untuk satu hektare areal pesawahan di Cianjur, 1,25 liter kubik, dengan perincian 0,75 liter pada masa pertumbuhan dan 0,3 liter pada masa menjelang panen.
"Ketika musim kemarau dengan pola tanam palawija, air yang dibutuhkan sangat sedikit, untuk satu hektare lahan, hanya dibutuhkan 0,15 liter. Untuk itu, kami imbau masyarakat untuk mengikuti pola tanam yang benar," tandas Bambang Sudrajat.***2***(KR,FKR)
Fikri