ANTARAJAWABARAT.com,15/8 - Mahasiswa Universitas Padjadjaran Bandung (Unpad) dan mahasiswa University of Malay (UM) menggelar seminar dan diskusi hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia di kampus Fisip Unpad Jatanangor, Senin.
Topik yang sempat muncul menjadi bahasan diskusi, di antaranya terkait hubungan diplomatik, masalah perbatasan negara, ketenagakerjaan, dan hubungan persaudaraan antara negeri Jiran tersebut dengan Indonesia.
Semula topik ini hanya menjadi bahan presentasi dari mahasiswa Malaysia yang tengah melakukan program pertukaran pelajar. Namun, kemudian berbagai pertanyaan pun dilontarkan sejumlah mahasiswa Unpad, sehingga terciptalah suatu diskusi antarmahasiswa.
Dalam kesempatan itu, tiga mahasiswa dari UM memaparkan tentang tiga topik, yaitu Tan Lii Inn (Hubungan Diplomatik), Azra Fiza Binti Ahmad (kemanusiaan), dan Siti Fairuz Binti Rosli (ketenagakerjaan).
Dalam topik Hubungan Diplomatik, sempat dibahas tentang konflik-konflik yang dulu sempat memanas, seperti masalah perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan.
Topik-topik lainnya yang sempat muncul dalam diskusi ini adalah mengenai TKI yang selalu mendapat perlakuan keras. Selain itu, muncul juga tentang isu saling klaim produk seni dan budaya.
"Pada dasarnya negara kita ini satu ras dan rumpun. Kita adalah keluarga besar yang terpisah oleh batas-batas negara. Jadi, wajar saja jika ada banyak kesamaan antara negara kita," kata Fajar, mahasiswa Unpad.
Hal senada pun diungkapkan mahasiswa UM, Tan Lii Inn, menurutnya hubungan Indonesia dan Malaysia memang memiliki dinamika. Namun, lanjutnya, bukan saatnya lagi kita memunculkan konflik-konflik lama yang bisa memanaskan hubungan kedua negara tersebut.
Sempat muncul adu pendapat antara mahasiswa Indonesia dan Malaysia, namun suasana diskusi tetap berjalan tertib dan damai. Menariknya, lewat adu pendapat inilah pemikiran kedua belah pihak semakin terbuka.
"Bahwa ada alasan-alasan mengapa ini bisa terjadi, apa yang salah, dan apa yang harus diperbaiki," kata Fajar.
Masalah ketenagakerjaan
Menyikapi masalah ketenagakerjaan yang seringkali memanaskan hubungan dua negara ini, Siti Fairuz menuturkan, pada intinya dalam bidang ketenagakerjaan Malaysia dan Indonesia memiliki hubungan timbal balik.
"Malaysia tetap membutuhkan tenaga kerja, Indonesia juga membutuhkan lapangan pekerjaan. Jadi sebenarnya negara kita ini saling membutuhkan satu sama lain," katanya.
Dalam diskusi ini muncul kesepahaman dan kesepakatan bahwa sebagai mahasiswa yang berpendidikan harus bisa menilai keadaan dengan bijak dan tidak mudah terbawa emosi. Terlebih dalam hal mengambil keputusan.
"Kita ini calon pemimpin bagi negara kita masing-masing. Maka, kita harus mempunyai komitmen bahwa ketika kita menjadi pemimpin nanti, kita harus tetap menjaga hubungan negara dengan cara yang bijak," kata Siti Fairuz.
Bahkan, dalam diskusi yang sangat edukatif ini mahasiswa dari dua negara ini pun menghasilkan solusi untuk menghilangkan stigma-stigma negatif tentang hubungan dua negara, salah satunya dengan cara berdiskusi dan pertukaran pelajar.
"Agar kesepahaman dan saling menghargai seperti ini bisa terus terwujud," kata Siti Fairuz.***6***
(T. PSO-277/
(T.PSO-277/C/S019/S019) 15-08-2011 16:32:19