Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD bercerita mengenai berbagai stereotip terhadap orang Madura yang sering muncul dan menjadi bahan candaan dalam perbincangan.
"Dulu dikesankan kalau orang Madura itu terbelakang tetapi sekarang ini coba dilihat banyak orang hebat-hebat. Ini berkah dari Indonesia Merdeka," kata Mahfud dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Mahfud menghadiri silaturahim virtual dengan "taretan" Madura sedunia, Sabtu bertema "nyambung taresna masettong se tapesa" (menyambung silaturahim menyatukan yang terpisah).
Dalam dialog yang berlangsung hangat dan kekeluargaan itu, Mahfud menceritakan saat menjadi Menteri Pertahanan era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur hingga menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi, dirinya sering mendengar sebutan tukang sate dan penjual besi tua.
"Waktu saya jadi Menhan, ada gurauan begini "Pak Mahfud itu dari mana? Lalu ada yang berteriak di belakang, sate! Mengesankan kalau orang Madura itu tukang sate. Ada juga yang bilang begini "kalau mau tanya Pak Mahfud orang mana, lempar saja kaleng bekas di belakangnya, kalau bunyi klontang pasti dia menoleh". Mengesankan orang Madura penjual besi tua," kata Mahfud.
Lebih lanjut, Mahfud juga bercerita soal ilmu. Ia mengatakan bahwa sekolah adalah pintu ilmu.
Ia mengatakan meskipun mengalami berbagai kesulitan, namun ayahnya bertekad agar anak-anaknya harus mengenyam pendidikan yang layak.
"Ayah tidak lulus SD tetapi ketika Indonesia merdeka, dia katakan anak saya harus sekolah. Nah, sekolah itulah yang menjadi pintu ilmu dalam keadaan serba sulit saya dan saudara-saudara saya sekolah," ucap Mahfud.
Hal senada juga ditegaskan budayawan dan penyair asal Madura, D Zawawi Imron. Menurutnya, orang Madura punya tugas untuk mengharumkan Indonesia dan tidak ada alasan orang Madura tidak cinta Indonesia.
"Kita perlu punya semangat seperti Trunojoyo untuk mengharumkan Madura, yaitu dengan memperbagus tata kramanya. Dari Madura untuk Indonesia, orang Madura perlu mengharumkan Indonesia, kita bersujud di bumi Indonesia, bila saatnya kita mati kita akan tidur dalam pelukan bumi Indoensia. Tidak ada alasan orang Madura untuk tidak cinta Indonesia, tidak cinta tanah air," kata penulis buku Bulan Tertusuk Ilalang itu.
Sementara itu, Chairul Anam selaku Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia yang juga mahasiswa doktoral Universitas Charles di Praha, Republik Ceko menegaskan pentingnya peningkatan sumber daya manusia agar bisa memberikan kontribusi terhadap kemajuan bangsa.
"Bapak saya tidak lulus SD, umi saya tidak sekolah tetapi selalu mendorong putra-putranya sekolah dengan berbagai keterbatasan. Pendidikan paling penting dalam peningkatan sumber daya manusia," ujar Anam.
Menurut pria asal Kabupaten Bangkalan tersebut, investasi bidang pendidikan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan produktivitas.
Acara ini selain dihadiri empat bupati di Pulau Madura, turut hadir tokoh Madura di pentas nasional seperti mantan Kapolri Jenderal Polisi (Purn) Badrodin Haiti, tokoh Madura dari berbagai daerah di Indonesia, dan diaspora Madura di berbagai belahan dunia seperti Amerika Serikat, Ceko, Mesir, Jerman, Denmark, Belanda, Australia, Jepang, Arab Saudi, Kanada, Tunisia, Kuwait, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.