Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mengakui sempat "dibisiki" mengenai kemungkinan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia dapat melampaui India bila tidak dilakukan pengetatan kegiatan masyarakat.
"Bahkan tim yang ada di kanan kiri saya (mengatakan) 'Pak Ini kalau tidak bisa dihentikan Agustus akan muncul di 80 ribu (kasus), September itu di 160 ribu (kasus), kalau tidak bisa menghentikan bisa di atas India kita'," kata Presiden Jokowi seperti dalam video yang tayang di kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Jumat.
Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat memberikan pengarahan kepada Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) se-Provinsi Jawa Timur di Pendopo Ronggo Djoemeno, Kabupaten Madiun pada Kamis (19/8).
"Hingga saat itu saya sampaikan kepada Panglima TNI dan Kapolri, tidak ada pekerjaan lain yang ada menghentikan ini, jangan sampai melompat (kasus positif) ke 80 ribu, melompat ke 160 ribu, sekali lagi hati-hati mengenai ini," tambah Presiden.
Presiden Jokowi menyebut kasus positif pada 18 Mei 2021 mencapai 3.500 per hari.
"Tetapi begitu muncul di Kudus begitu muncul di Bangkalan saat itu di luar dugaan kita karena dari deteksi yang kita lihat itu di Jakarta, Indramayu dan di Medan, munculnya di tempat lain karena memang barang ini tidak kelihatan, langsung melompat ke 56 ribu," ungkap Presiden.
Presiden Jokowi kembali menegaskan bahwa kunci pertumbuhan ekonomi saat ini adalah menurunkan kasus COVID-19.
"Sehingga saya harapkan di Jawa Timur karena penduduknya juga sangat besar, semua bertanggung jawab di wilayahnya masing-masing, kemudian pangdam dan kapolda saya juga minta gerak semua, Kapolres gerakkan Dandim Danrem agar menyelesaikan terutama yang berkaitan dengan Isoter (isolasi terpusat)," tambah Presiden.
Presiden meminta agar isolasi mandiri (isoman) dikurangi.
"Kurangi yang isoman, ditarik ke isolasi yang terpusat. Ini akan sangat mengurangi sekali laju penyebaran, dan yang kedua yang berkaitan dengan vaksinasi agar dipercepat," ungkap Presiden.
Presiden Jokowi pun meminta agar seluruh bupati dan wali kota bila vaksin sudah tersedia agar langsung dihabiskan.
"Setelah datang langsung habiskan secepat-cepatnya, minta lagi. Ini pas di Agustus ini pas karena datang vaksinnya banyak sekali," tambah Presiden.
Presiden mengingatkan agar dalam kondisi pandemi saat ini dibutuhkan kepemimpinan lapangan.
"Bapak ibu semuanya harus tahu persis oksigen kota saya, kabupaten saya habis berapa minggu lagi misalnya, obat-obatan yang tidak siap apa harus tahu hariannya. Jangan sampai itu habis atau terlambat," tegas Presiden.
Meski begitu, Presiden mengakui bahwa untuk mengantisipasi virus corona bukan pekerjaan mudah.
"Tetapi paling tidak kalau kita siap-siap maka responsnya akan berbeda karena kita kalau dibandingkan dengan negara negara lain kita ini termasuk penduduk yang keempat besar di dunia setelah Amerika Serikat," kata Presiden.
Baca juga: Presiden Jokowi: Indonesia belajar dari India tangani lonjakan COVID-19
Baca juga: Varian virus India dominasi COVID19 di Jakarta-Kudus-Bangkalan
Baca juga: Virus varian Delta mendominasi dunia