Cikarang, Bekasi, 18/1 (ANTARA) - Sejumlah nelayan di pesisir utara Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, beralih pekerjaan sebagai pemulung sampah selama cuaca buruk berlangsung.
"Banyak nelayan di Kecamatan Muaragembong memulung sampah yang terseret gelombang laut di tepi pantai. Sebab, hasil tangkapannya di laut banyak yang hilang sejak cuaca buruk berlangsung satu bulan lalu," kata salah satu nelayan di Pantai Mekar, Kecamatan Muaragembong, Syarif, kepada ANTARA, di Muaragembong, Selasa.
Menurut dia, nelayan di lokasi itu hanya mengumpulkan sampah berbahan dasar plastik untuk dijual kepada pengepul barang bekas seharga Rp1.500 per kilogram.
"Pendapatan itu menurun drastis bila dibandingkan dengan hasil tangkapan ikan yang melambung tinggi di saat cuaca buruk saat ini. Misalnya, Ikan Kembung Rp10.000 per kilogram pada cuaca normal, saat ini harganya bisa mencapai Rp20.000 per kilogram di tengkulak," katanya.
Selain itu, kata dia, Ikan Sembilang mengalami kenaikan harga Rp1.000 dari cuaca normal Rp9.000 per kilogram, kini menjadi Rp10.000 per kilogram.
Ikan Duri dari 4.000 per kilogram, menjadi Rp5.000 per kilogram.
Syarif mengaku, terpaksa mengalihkan profesinya sebagai pemancing kepiting selama gelombang tinggi berlangsung di perairan Jawa tersebut.
Alasannya, hasil tambak ikan tawar yang dimilikinya sebagai alternatif penghasilan juga terkendala cuaca.
"Banyak ikan Bandeng yang kurang memiliki nafsu makan akibat cuaca saat ini, sehingga menghambat perkembangan ikan. Saya hanya menggantungkan pemasukan dari hasil memancing kepiting," katanya.
Menurut Syarif, hasil tangkapan Kepiting Telur dijualnya ke tengkulak Rp100.000 per kilogram, Kepiting Jantan Rp70.000 per kilogram, dan kepiting kecil dengan ukuran 10 hingga 15 ons dijual Rp50.000 per kilogram.
Cuaca ekstrem juga berimbas pada pendapatan nelayan di wilayah pesisir pantai Muara Tawar, Desa Segera Jaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.
"Sudah hampir setengah bulan para nelayan takut untuk melaut, karena cuaca sekarang yang sangat ekstrim dan terkadang disertai angin yang sangat kencang," kata nelayan lainnya, Nurdin.
Menurut dia, nelayan yang sudah tidak melaut hampir satu bulan di wilayah setempat banyak yang beralih menjadi petani dan tukang ojek.
"Kami berharap Pemerintah Kabupaten Bekasi, memberikan bantuan. Minimal sembako, agar keluarga kami dapat makan. Karena akibat dari cuaca yang tidak menentu dan ekstrem para nelayan tidak ada pemasukan sama sekali," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (DPPK) Kabupaten Bekasi Agus Trihono mengimbau nelayan untuk tidak melaut melebihi jarak empat mil dari tepi pantai selama cuaca buruk berlangsung.
"Kami mendapat laporan pada Jumat (14/1) lalu, gelombang laut di pesisir utara cukup tinggi. Kami berharap, nelayan mencari alternatif penghasilan lainnya selain melaut. Sebab, bila dipaksakan bisa membahayakan keselamatan," katanya.
Pihaknya masih mempertimbangkan jenis bantuan yang akan diberikan kepada para nelayan di wilayah setempat, menyusul kekhawatiran terhadap bahaya air laut pasang yang kerap terjadi pada musim hujan.
Andi Firdaus
NELAYAN BEKASI BERALIH MENJADI PEMULUNG
Selasa, 18 Januari 2011 16:58 WIB