Banyak museum di negeri ini yang kerap berteriak karena jarangnya pengunjung yang datang menengok koleksi mereka.
Tapi, khususnya pada liburan sekolah yang dimulai pertengahan Juni, Museum Geologi dan Museum Konferensi Asia Afrika, keduanya di Bandung, justru kelebihan pengunjung.
Pengunjung Museum Geologi Bandung malah harus antre untuk bisa masuk ke ruangan koleksi. Kebijakan itu diambil pengelola museum di Jalan Diponegoro itu karena pengunjung yang datang pada Selasa (22/6) melebihi kapasitas.
"Karena museum terlalu penuh, kami mengatur masuknya pengunjung," kata Kepala Humas Museum Geologi Bandung Awan Gunawan.
Bukan pada hari itu saja pengelola museum tersebut menggilir pengunjung, karena menurut Awan, menjelang dan selama liburan, kunjungan ke museum geologi meningkat 300 hingga 400 persen.
"Biasanya jumlah pengunjung antara 700 hingga 1000, sekarang yang datang dua ribu sampai empat ribu pengunjung," kata dia.
Pada musim liburan ini, kata Awan, museum geologi dibuka setengah jam lebih awal menjadi pukul 08.30 WIB dan ditutup pukul 15.00 WIB.
"Itu untuk hari Senin sampai Kamis. Sabtu dan Minggu kami buka dari pukul 09.00 hingga 13.00 WIB. Jumat dan hari libur nasional kami tutup," kata Awan.
Pengunjung museum yang memamerkan berbagai koleksi bebatuan dan replika hewan purba, semacam dinosaurus, itu bukan hanya dari Bandung, tapi juga dari luar kota seperti Jabodetabek.
Awan juga mengatakan, pengunjung museum yang didirikan pada 16 Mei 1928 itu kebanyakan dari kalangan pelajar. Mereka melakukan study tour bersama rombongan sekolah.
"Sebagian besar merupakan pelajar SMP," kata dia.
Salah satu rombongan yang tiba pada Selasa itu adalah dari SMPN 1 Jonggol, Kabupaten Bogor.
"Supaya anak-anak lebih mengenal tentang Geologi," kata Dedi Karyana, guru sekolah tersebut.
Destia Tri Eka (13), pelajar, mengatakan, sangat senang bisa berkunjung ke museum berlantai dua ini. "Nambah ilmu pengetahuan," ujar siswa SMPN2 Tanjung Sari itu.
Museum di Bandung yang juga dipadati pengunjung adalah Museum Konferensi Asia Afrika.
Menurut Kudrat, pemandu di museum itu, lonjakan pengunjung di Museum KAA bisa mencapai 40 persen selama masa liburan kali ini. Rata-rata kunjungan ke museum itu adalah 14 ribu per tahun.
Akibat lonjakan pengunjung itu, pemandu di museum itu, yang jumlahnya enam orang, mengaku harus lebih bekerja keras. Mereka memandu sambil mengimbau agar pengunjung menjaga koleksi yang ada di sana.
"Kami sempat tidak istirahat siang. Makan siang pun harus buru-buru," kata Kudrat, pemandu museum itu.
Menurut dia, selama liburan, kunjungan lebih banyak dilakukan oleh sekolah yang melakukan anjangkarya.
Sekolah yang melaksanakan anjangkarya itu antara lain SMA Kartika Jakarta Selatan. Para siswa dan guru sekolah itu berkunjung untuk mengisi waktu kosong setelah ujian akhir semester.
"Kunjungan ke sini membuka wawasan saya," kata Okki Sudjana Saputra (17), siswa sekolah tersebut.
Ia mengatakan, dengan adanya kunjungan ke museum itu, ia bisa melihat sejarah Indonesia secara langsung.
"Selama ini saya hanya bisa membaca dari buku dan mendengar penjelasan dari guru," katanya.
Museum Asia Afrika antara lain memamerkan foto pelaksanaan konferensi yang diadakan pada 18-24 April 1955.
Di sana juga dipajang sejumlah benda yang digunakan para pemimpin Asia Afrika selama kegiatan itu berlangsung, seperti mesin tik, kursi rotan, dan sejumlah kamera.
Rina Kurniawati (21), mahasiswa dari Surakarta, yang sedang menikmati sejumlah koleksi di museum itu menyatakan, dirinya mendapat banyak pengetahuan dari museum di Jalan Asia Afrika, Bandung, tersebut.
"Sebagai anak muda, saya merasa perlu mengetahui sejarah Indonesia," katanya. Berkunjung ke museum-museum di Bandung telah menjadi agendanya mengisi liburan.
Seorang guru yang juga tengah melakukan kunjungan ke Museum Konferensi Asia Afrika mengatakan, kegiatan tersebut merupakan hal yang perlu.
"Kunjungan seperti ini tidak hanya perlu bagi siswa, tapi juga guru. Dengan begitu ia bisa mengajarkan muridnya agar lebih mencintai Indonesia," kata Sumaryanti, Wakil Kepala Sekolah SD Al Izar Jakarta Selatan.
Musim liburan sekolah juga membuat pengelola Taman Lalu Lintas Bandung kedatangan tamu yang jauh lebih banyak ketimbang hari libur biasa. Pengunjung ke tempat wisata yang dipenuhi aneka pengetahuan berlalu lintas itu melonjak hingga 400 persen.
Sejumlah guru taman kanak-kanak membuat acara wisata di sana sambil memberikan buku raport, sekaligus perpisahan.
"Sekarang memang banyak kunjungan dari sekolah yang hendak mengadakan acara. Mereka pun ada yang khusus menyewa panggung atau gedung serba guna," kata Hadi, wakil pengawas tempat wisata yang dibuka untuk umum mulai 1 Maret 1958 tersebut.
Tempat wisata yang pada Selasa (22/6) kedatangan 1.860 tamu itu memiliki 15 wahana anak-anak untuk usia di bawah 13 tahun. Biasanya, pengunjung yang datang ke sana rata-rata 450 orang sehari.
Beberapa hari belakangan, di halaman parkir taman wisata tersebut terlihat dipadati kendaraan, baik bus besar maupun sejumlah angkot yang disewa pengunjung.
"Di sini lebih dekat dan suasananya cocok untuk anak-anak," ujar Yulia Chuzaimah, guru TK Al Muslim, yang membawa muridnya berwisata ke sana.
Untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung selama liburan, pengelola kawasan wisata itu sengaja buka lebih lama satu jam, dari jadwa biasa yang mulai buka pukul 08.00 WIB hingga tutup pukul 14.00 WIB.
Namun, pengelola juga mengaku tidak mau kaku menerapkan aturan jam buka itu, karena ada saja pengunjung dari luar kota yang datang terlambat, seperti yang dialami rombongan dari Garut yang tiba di sana menjelang waktu tutup.
Kalau sudah begitu, pengelola akan memberikan kebijakan khusus, agar tamu dari jauh itu tetap bisa menikmati wisata di taman yang ada di tengah Kota Bandung itu.
asj/nof
