New York (ANTARA) - Harga minyak menguat lagi pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), mencatat kenaikan untuk hari ketujuh berturut-turut, menyentuh level tertinggi 13 bulan ketika para investor terus bertaruh bahwa permintaan bahan bakar akan naik sementara OPEC dan produsen sekutunya membatasi pasokan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April naik 53 sen atau 0,9 persen, menjadi menetap di 61,06 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret berakhir di 58,36 dolar AS per barel, naik 39 sen atau 0,7 persen.
Puncak sesi untuk kedua acuan tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari 2020.
"Dengan Brent lebih dari 60 dolar AS, secara psikologis itu hebat ... dan semua orang merasa optimis tentang permintaan yang lebih kuat dan persediaan global yang semakin menurun," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.
Pasar telah menguat sejak November saat vaksin COVID-19 didistribusikan di seluruh dunia, dan ketika pemerintah-pemerintah dan bank-bank sentral menerapkan paket stimulus besar untuk meningkatkan aktivitas ekonomi.
Eksportir utama Arab Saudi membatasi pasokan pada Februari dan Maret, di atas pemotongan oleh sesama produsen di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, mendorong perkiraan defisit pasokan tahun ini.
"Niat Saudi untuk menghilangkan surplus pasokan global tampaknya berada di jalur yang tepat dan mampu meningkatkan harga minyak mentah lebih lanjut," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
"Alasan yang dikutip untuk kenaikan sekarang sudah tidak asing lagi bagi kita semua: disiplin produksi yang baik yang ditunjukkan oleh OPEC+ ditambah dengan hanya sedikit peningkatan produksi non-OPEC di sisi penawaran, ditambah permintaan China yang baik dan harapan bahwa permintaan di tempat lain akan pulih selama tahun ini, memberikan daya apung pada harga," kata Eugen Weinberg, analis energi di Commerzbank Research, dalam sebuah catatan Selasa (9/2/2021).
"Kami mengaitkan lonjakan harga terbaru pertama-tama dan terutama pada faktor-faktor pasar keuangan seperti optimisme investor yang cukup besar dan dolar AS melemah lagi, dan harapan harga akan terkoreksi," katanya.
Harga acuan minyak mentah memang menarik dukungan dari penurunan dolar ke level terendah satu minggu, membuat komoditas dalam denominasi greenback lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,54 persen menjadi 90,4427 pada perdagangan Selasa (9/2/2021). Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.
Sementara itu, persediaan minyak mentah AS telah jatuh ke level terendah sejak Maret, sebelum pandemi menghancurkan pasar minyak. Data persediaan minyak mingguan AS akan dirilis kelompok industri American Petroleum Institute (API) pada pukul 04.30 sore waktu setempat (2130 GMT), diikuti oleh data pemerintah pada Rabu.
Pemerintah AS pada Selasa (9/2) menurunkan prospek produksi minyak mentah pada 2021 menjadi 11,02 juta barel per hari dari perkiraan sebelumnya 11,1 juta barel per hari.
Baca juga: Minyak bertahan di level tertinggi satu tahun, Brent tembus 60 dolar
Baca juga: Saham Asia dekati rekor tertinggi, harga minyak menuju 60 dolar
Baca juga: Harga minyak sentuh tertinggi satu tahun, Brent dekati 60 dolar per barel
Minyak cetak kenaikan hari ketujuh berturut-turut, Brent dikisaran 61 dolar
Rabu, 10 Februari 2021 7:05 WIB