Depok (ANTARA) - Setelah tujuh pekan Kota Depok, Jawa Barat masuk zona merah atau daerah berisiko tinggi penularan COVID-19, pada pekan kedelapan kota yang berbatasan dengan DKI Jakarta tersebut, masuk zona oranye atau berisiko sedang penularan virus itu.
Sejak Minggu (24/1), Kota Depok berdasarkan rilis Satgas COVID-19 Pusat, masuk zona oranye penularan COVID-19. Status zonasi setiap wilayah dihitung dan diperbarui setiap pekan.
Berdasarkan data COVID-19 Kota Depok yang dirilis pada 25 Januari 2021, jumlah pasien sembuh bertambah 244 orang sehingga total menjadi 19.460 orang atau 78,48 persen dari total kasus konfirmasi positif,sedangkan kasus konfirmasi positif 24.796 orang.
Pada data tersebut, juga terjadi penambahan kasus pasien yang meninggal tujuh orang sehingga total menjadi 544 orang atau 2,19 persen.
Beralihnya Kota Depok ke zona oranye, menurut Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Kota Depok Dadang Wihana disebabkan beberapa sejumlah hal, seperti adanya rekonsiliasi data kasus COVID-19 antara Depok dengan pusat. Rekonsiliasi data ini penting agar data yang masuk untuk perhitungan zonasi merupakan data aktual.
Selain itu, tingkat pemeriksaan tes usap PCR cukup tinggi dilakukan Pemkot Depok. Jadi peningkatan kasus beriringan dengan kontak erat dan tes usap PCR, serta adanya angka kesembuhan yang relatif tinggi dibandingkan dengan tingkat kematian.
Ketika Kota Depok masuk zona merah sudah empat pekan membuat Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil mengingatkan tentang penanganan COVID-19 Depok agar lebih ketat.
Kota Depok dan Kabupaten Karawang berstatus siaga 1 karena sudah sebulan berada di zona merah dalam peta risiko penularan COVID-19.
"Kami siaga 1 di dua daerah, yaitu di Depok dan Karawang. Itu udah empat minggu zona merah terus dalam catatan kami," kata dia.
Pemerintah provinsi sudah meminta dukungan Polda Metro Jaya dan Kodam Jaya untuk mengendalikan penularan COVID-19 di Kota Depok dan Kabupaten Karawang, yang sejak awal Desember 2020 berada di zona merah.
Untuk persentase pasien COVID-19 yang sembuh di Jawa Barat, terus meningkat, sedangkan saat ini mencapai hampir 85 persen atau lebih tinggi daripada angka kesembuhan tingkat nasional yang 82 persen.
Tingginya angka kasus COVID-19 membuat Bed Occupancy Ratio (BOR) untuk pemakaian tempat tidur, untuk isolasi di daerah tersebut sudah mencapai 85 persen, sedangkan tempat tidur ICU 90,32 persen.
Hal ini membuat Pemkot Depok menambah tempat tidur isolasi dan ICU di rumah sakit-rumah sakit serta menambah kapasitas tempat tidur di RS dan lokasi khusus isolasi mandiri untuk menampung jumlah pasien COVID-19 yang semakin bertambah.
Pihaknya juga menyiapkan penambahan tempat tidur di lokasi khusus isolasi mandiri di Makara UI dan Guest House Pusat Studi Jepang (PSJ) Universitas Indonesia (UI).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok juga menambah ruang itensive care unit (ICU) dan tempat tidur agar dapat menampung lebih banyak pasien terkonfirmasi positif virus corona jenis baru itu.
Terkait dengan penambahan ruang ICU, pihaknya menambah jumlah tempat tidur bagi pasien COVID-19. Adapun jumlah yang ditambah yaitu 10 hingga 13 unit. Saat ini tempat tidur yang yang dimiliki oleh RSUD Kota Depok untuk pasien COVID-19 berjumlah 125 unit.
Wali Kota Depok Mohammad Idris mengatakan penanganan COVID-19 terus diperbaiki, karena perkembangan kasus masih terjadi secara fluktuatif dan hal ini berlangsung di hampir seluruh daerah di Indonesia.
Pemkot Depok tak henti-hentinya mengajak masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan, jangan keluar rumah jika tidak mendesak.
Masyarakat diingatkan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan baik, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak (3M), serta melaksanakan 3T (testing, tracing, dan treatment). Selain itu, meningkatkan 2I, yaitu iman dan imun, agar upaya pencegahan penularan virus lebih optimal.
Masyarakat juga harus tetap semangat dan menjaga imunitas tubuh selama pandemi sehingga diharapkan bisa mencegah penularan virus corona baru secara lebih optimal.
Beberapa langkah pencegahan dan penanganan COVID-19, di antaranya melalui konsolidasi teknis bidang pencegahan, melakukan sosialisasi, pengawasan dan penertiban penerapan protokol kesehatan secara masif, serta optimalisasi Kampung Siaga COVID-19 berbasis rukun warga.
Selain itu, sosialisasi protokol kesehatan saat kembali ke rumah setelah pulang kerja, sosialisasi karantina mandiri, penyemprotan disinfektan di area-area publik, menerbitkan kembali instruksi terkait dengan langkah taktis pencegahan dan penanganan COVID-19 kepada Gugus Tugas, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, Dinas Kesehatan, Dinas Kominfo, Dinas Sosial, Satpol PP, dan camat/lurah.
Vaksinasi
Pemerintah Kota Depok mulai Kamis (14/1) melakukan vaksinasi tahap pertama COVID-19 di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI) kepada 10 pejabat daerah dan unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kota Depok, selanjutnya dilakukan vaksinasi kepada tenaga kesehatan di seluruh fasilitas kesehatan (faskes).
Sebelum dilakukan vaksinasi, dilakukan pemeriksaan, antara lain pengecekan suhu, skrining dengan 16 pertanyaan.
Kesepuluh pejabat tersebut adalah Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna, Ketua Kwarcab Pramuka Depok Nina Suzana, Dandim 0508/Kota Depok Kolonel Agus Isrok Mikroj, Kepala Kemenag Depok Asnawi, Bebalazi Zega (pendeta), Kapolrestro Depok Kombes Pol Imran Edwin Siregar, Kadinkes Depok Drg. Novarita, Kadishub Depok Dadang Wihana, Kepala Kejari Depok Sri Kuncoro, dan dr. Lubna Sadat (IDI Cabang Depok).
Setelah divaksin dilakukan observasi selama 30 menit. Jika tidak timbul efek samping dari vaksin tersebut maka penerima diizinkan pulang.
Dengan para pejabat menjadi penerima pertama vaksin COVID-19, dapat menjadi teladan bagi masyarakat. Selain itu, meyakinkan masyarakat agar tidak ragu divaksin.
Sebanyak 11.140 orang di Kota Depok mendapatkan vaksin COVID-19 untuk tahap pertama. Pemberian vaksin tersebut diutamakan bagi tenaga kesehatan dan sejumlah pejabat di Kota Depok.
Saat ini pemberian vaksin sudah berjalan termin kedua yang dilaksanakan pada Kamis (28/1).
Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kota Depok Asnawi mengajak semua tokoh agama menyukseskan program vaksinasi COVID-19 untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 di daerah setempat.
Tahapan untuk suntik vaksin kedua juga sama dengan tahap pertama, yaitu dilakukan skrining pertanyaan seputar indikator kesehatan. Setelah memenuhi persyaratan, dilanjutkan dengan penyuntikan vaksin.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr Alvina Widhani Sp PD-KAI menjelaskan pemberian vaksin membentuk kekebalan kelompok untuk selanjutnya menurunkan angka penularan virus antarmanusia.
Dengan pemberian vaksin diharapkan membentuk memori kekebalan tubuh, tanpa harus terinfeksi virus terlebih dahulu, sedangkan individu yang tidak divaksin juga mendapatkan manfaat.
Seseorang dapat terinfeksi karena interaksi tiga faktor, yaitu karakteristik individu (genetik, respons imun tubuh, usia, penyakit penyerta), lingkungan (ventilasi, sanitasi, suhu/kelembaban), dan patogen (mikroorganisme, mutasi, jumlah, virulensi).
Karena COVID-19 merupakan penyakit akibat virus, kekebalan tubuh sangatlah penting mengingat tidak banyaknya antivirus yang tersedia (tidak seperti bakteri yang banyak tersedia antibiotik).
Interaksi antara daya tahan tubuh dan virus nantinya menentukan apakah tubuh akan sembuh atau malah makin memburuk. Vaksin dapat memberikan respons kekebalan tubuh yang spesifik.
Vaksinasi tergolong dalam imunitas aktif yang biasanya dapat bertahan selama beberapa tahun atau bahkan bisa sepanjang hidup.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa memori kekebalan tubuh terhadap COVID-19 berkisar delapan bulan (namun masih diperlukan penelitian-penelitian lainnya).
Pada orang yang sudah terinfeksi COVID-19 diharapkan sudah memiliki memori kekebalan tubuh, sehingga jika suatu saat terinfeksi kembali tubuh sudah kebal. Vaksin COVID-19 yang saat ini siap diberikan termasuk dalam tipe vaksin mati/inaktivasi.
Pengembangan vaksin COVID-19 bisa lebih cepat karena pengetahuan sebelumnya tentang virus ini dan kekebalan tubuh terhadapnya sudah ada, penggunaan teknologi baru, serta beberapa aktivitas dilakukan paralel.
Walaupun program vaksinasi COVID-19 sudah berjalan, warga tetap harus disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
Baca juga: Kota Depok dan Karawang berstatus siaga 1, sudah sebulan zona merah
Baca juga: Kota Depok kini satu-satunya wilayah zona merah COVID-19 di Jawa Barat
Baca juga: 10 dari 11 kecamatan di Depok sudah jadi zona oranye