Beijing (ANTARA) - Kebutuhan akan vaksin COVID-19 secara global diperkirakan sulit terpenuhi mengingat jumlah kasus positif menjelang musim dingin tahun ini tidak kunjung turun.
Kalau pun pemerintah, perusahaan, lembaga swadaya masyarakat, dan mitra lainnya bekerja sama, maka pemenuhan dua miliar dosis vaksin rasanya sulit tercapai, demikian keterangan Direktur Pusat Penelitian Vaksin Peking University, Cui Fuqiang, dikutip media penyiaran resmi China, Selasa.
Bahkan kalau pun target produksi tercapai, maka vaksin tersebut tidak akan mampu mencukupi kebutuhan setiap orang.
"Ini pentingnya pemerintah, perusahaan, LSM, dan mitra lainnya membuat konsensus bahwa siapa yang paling membutuhkan perlindungan kesehatan harus diprioritaskan untuk memaksimalkan penggunaan vaksin," ujarnya.
Covax, yang mewadahi 186 negara agar bisa mendapatkan akses vaksin COVID-19 secara adil, memiliki program mendistribusikan dua miliar dosis vaksin hingga akhir 2022. Namun menurut Cui target tersebut menjadi tantangan tersendiri terhadap daya produksi.
"Agar Covax bisa bekerja sesuai rencana, maka yang utama (mendapatkan perhatian) adalah kemampuan produksi. Dari semua kandidat, hanya sedikit vaksin yang dinyatakan berhasil. Secara statistik, hanya 5 sampai 10 persen kandidat vaksin yang akhirnya mendapatkan persetujuan," katanya.
Meskipun Covax telah menetapkan prinsip-prinsip distribusi dengan pertimbangan keadilan, kerentanan populasi, dan tingkat rasio penularan di suatu negara, lanjut dia, masih perlu adanya klausul sebagai petunjuk pelaksana distribusi.
"Selain itu, yang perlu diberitahukan sejak awal kepada publik adalah bagaimana pendistribusiannya karena vaksin tidak akan cukup memenuhi kebutuhan semua orang," kata Cui.
Kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan Sinopharm, BUMN China, hasil uji klinisnya pada Jumat (13/11), lebih bagus dari perkiraan semula.
Organsasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 10 kandidat vaksin COVID-19 telah memasuki uji klinis tahap ketiga pada akhir Oktober lalu.
Baca juga: Vaksin corona sudah bisa dipesan secara daring di Wuhan dan Beijing
Baca juga: China ingin vaksin produksinya dinilai WHO untuk penggunaan secara global
Baca juga: WHO: Kematian COVID-19 dunia bisa capai 2 juta sebelum vaksin merata