Bandung (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa tingkat pencemaran air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum sudah menurun berkat berbagai upaya yang dijalankan dalam program Citarum Harum.
"Jika dilihat dari online monitoring system yang kita miliki, kondisi Sungai Citarum saat ini sudah mengalami banyak peningkatan, termasuk dari aspek kualitas airnya. Hal ini juga dipengaruhi COVID-19 yang banyak membuat aktivitas industri terhenti," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat Prima Mayaningtias dalam siaran pers pemerintah pada Selasa.
"Dalam beberapa parameter, (air sungai) telah memenuhi baku mutu, dalam artian sudah sesuai ketentuan. Walaupun masih ada pencemaran, kondisi saat ini sudah masuk ke dalam cemar ringan," kata Prima.
Sungai Citarum, yang pernah disebut sebagai sungai terkotor di dunia, kondisinya makin membaik menurut Dinas Lingkungan Hidup.
Prima menjelaskan, berdasarkan data yang didapat dari daerah lintasan Sungai Citarum di kawasan industri seperti Cisirung dan Nanjung di Kabupaten Bandung parameter kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD) yang menunjukkan tingkat cemaran industri pada 2020 menurun signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"COD tahun ini jauh menurun, nilainya sudah tidak jauh berbeda dari standar baku mutu," kata dia.
Selain itu, menurut dia, kadar oksigen terlarut (Biological Oxygen Demand/BOD) di Sungai Citarum menunjukkan adanya penurunan pencemaran limbah domestik pada tahun 2020 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Komandan Sektor 7 Satgas Citarum Harum Kolonel Purwadi menuturkan bahwa sampah di DAS Citarum sekarang juga sudah jauh berkurang.
"Pada 2018 bisa kita lihat air Citarum saat airnya sedang berkurang seperti sekarang, kondisinya bau menyengat, banyak sampah. Sekarang bau sudah tidak ada, sampah juga jauh berkurang," katanya.
Menurut dia, di wilayah Sektor 7 DAS Citarum tidak ada tumpukan sampah di aliran maupun tepi sungai karena petugas dan warga rutin membersihkannya.
Purwadi mengatakan bahwa saat airnya menyusut permukaan sungai tampak berwarna hitam karena ada sedimen hitam di dasarnya.
"Hitam itu karena dasar sungainya memang hitam, airnya tidak hitam sebenarnya," kata dia.
Ia menambahkan bahwa kualitas air Sungai Citarum sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa tahun lalu.
Namun demikian, menurut Prima, pencemaran akibat feses manusia dan hewan di Sungai Citarum masih mengkhawatirkan.
"Yang masih cukup tinggi adalah total bakteri E.coli yang berasal dari limbah hewan ternak dan manusia. Angkanya menurun bila dibandingkan dengan sebelum pada 2020, tapi masih relatif tinggi. Hal ini menunjukkan sanitasi masih harus menjadi perhatian," katanya.
Citarum Harum
Sejak pemberlakuan Peraturan Presiden No 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum dan pelaksanaan program Citarum, berbagai upaya telah dijalankan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan DAS Citarum.
Prima mengatakan bahwa setidaknya ada 13 program yang dijalankan untuk mengatasi masalah DAS Citarum dari hulu ke hilir.
"Kami sudah membuat rencana aksinya, dan itu didasari dari kondisi Sungai Citarum di awal yang masih sangat kotor. Semua rencana aksi sudah dilaksanakan di 2019 dan tahun ini," katanya.
Pemerintah, ia menjelaskan, sudah menangani masalah lahan kritis, limbah industri, limbah peternakan, limbah domestik, sampah, hingga keramba jaring apung untuk memperbaiki kondisi DAS Citarum.
Selain itu, ia melanjutkan, dilakukan pula pengendalian pemanfaatan ruang, penegakan hukum, pemantauan kualitas air, pengelolaan sumber daya air, dan edukasi kepada masyarakat mengenai penerapan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS).
"Hasilnya, walaupun di 2020 ada refocusing anggaran besar-besaran karena COVID-19, sudah ada perkembangan secara signifikan. Bagaimana penanganan sedimentasi, erosi hingga normalisasi sungai sudah dilakukan. Juga edukasi masyarakat terkait pembuangan sampah dan keramba jaring apung," katanya.
Prima mengatakan bahwa tingkat erosi di DAS Citarum juga menurun berdasarkan hasil pengukuran padatan tersuspensi total Total Suspended Solid/TSS).
"TSS tahun ini turun banget dibanding tahun lalu, karena penanganan di atas (hulu sungai) juga cukup efektif. Mulai dari penataan infrastruktur, kegiatan pengerukan sedimen hingga terasering di pinggir kiri kanan sungai," katanya.
Baca juga: Perbaiki DAS Citarum 2021, PUPR akan anggarkan Rp618 miliar
Baca juga: Kurangi sampah DAS Citarum, KLHK resmikan PDU Subang dan Bekasi
Baca juga: Pemprov Jawa Barat usul Program Citarum Harum ditinjau ulang