Bandung (ANTARA) - Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Barat (Jabar) yang juga Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jabar Berli Hamdani Gelung Sakti memastikan tidak ada penambahan klaster baru penyebaran wabah COVID-19 di Jawa Barat.
"Hingga saat ini tidak ditemukan klaster baru dan sejauh ini yang ada penularan lokal, kemudian lima klaster sudah diidentifikasi," ujar Berli Hamdani Gelung Sakti, Senin.
Baca juga: Pemprov Jabar laksanakan tes swab COVID-19 bagi klaster GBI
Berli mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar sejauh ini telah mengidentifikasi ada lima klaster penyebaran COVID-19 di Jabar, yaitu seminar ekonomi syariah di Bogor, acara keagamaan di Bogor, Musda Hipmi, acara keagamaan di Lembang Kabupaten Bandung Bara,t dan kegiatan di Sukabumi.
Ia mengaku telah memeriksa semua peserta yang terlibat dengan kegiatan di lima klaster tersebut, khususnya yang melakukan kontak dengan pasien positif COVID-19 yang diidentifikasi berasal dari klaster-klaster tersebut..
Dia mengatakan sudah dilakukan sedikitnya 105 ribu rapid test sebagai upaya mengakselerasi penanganan COVID-19 di Jabar.
"Seluruh kontak sudah ditracing dan diperiksa. Di rapid test sudah 105 ribu lebih, 288 reaktif positif dan diisolasi," kata dia.
Baca juga: Pemprov Jabar gelar tes cepat COVID-19 Klaster Hipmi dan GBI Lembang
Lebih lanjut, Berli mengatakan pihaknya berupaya penuh agar tidak ada lagi kasus impor infeksi virus corona di Jabar yang berasal dari luar, sehingga terkait pelarangan mudik ada kaitannya dengan mencegah adanya "imported case" tersebut.
"Tadi pagi sudah melakukan rapat koordinasi terkait protokol kesehatan. Kita akan tingkatkan pengendalian pemudik mulai dari daerah asal mudik (Jakarta) dan seterusnya, termasuk di Jabar, yakni di wilayah Bodebek," katanya.
Sejauh ini, lanjut Berli, pihaknya sudah berhasil mengendalikan "imported case" dengan melakukan penelusuran kontak sehingga berhasil dilokalisasi. Pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) juga berpengaruh besar dalam pengendalian penyebaran COVID-19.
"Pemberlakuan PSBB MAMPU mengurangi pergerakan masyarakat sampai 30 persen. Walaupun di beberapa titik pemeriksaan masih ada penolakan dari masyarakat. Ini akan berpengaruh pada capaian pengendalian," katanya.
Berli menambahkan pihaknya melakukan pemeriksaan di zona merah, dimana 15.500 swab test telah dilaksanakan di kabupaten/ kota dan swab test ini, khususnya dilakukan di wilayah yang menerapkan PSBB, yakni Bodebek dan Bandung Raya.
"Provinsi sudah melakukan 55 ribu swab test. sisanya, seperti hari ini kami lakukan kepada kelompok yang masih berkumpul, seperti di pasar di Bogor, sudah melakukan pemeriksaan," ujar dia.