Bandung (ANTARA) - Sebanyak 12 investor asing asal Singapura dan Malaysia mengunjungi kebun kopi di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis, dan melakukan business matching dengan 13 pelaku usaha kopi.
Pertemuan 13 pelaku usaha kopi binaan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Jabar dengan potential buyer ini termasuk dalam rangkaian West Java Investment Summit 2019 pada 18 Oktober di Trans Luxury Hotel Kota Bandung.
Agenda pertama adalah site visit alias mengunjungi langsung perkebunan kopi Frinsa Agrolestari di Riung Gunung. Wildan Mustofa, sang pemilik, langsung menyambut ramah kehadiran 12 investor asing tersebut.
"Di sini (kebun Frinsa) ada tujuh varietas kopi, yaitu Linie S, Sigarar Utang, P88, Andungsari, Timtim, Kopyol, dan Borbor. Kebanyakan sudah berusia enam tahun, ditanam pada 2013," ujar Wildan.
"Kami juga tidak menggunakan metode penanaman yang lama. Kalau yang lama 2.500 pohon per hektare, (jumlah) kami bisa lebih banyak karena ditanam lebih dekat," tambahnya.
Sambil ke sana kemari menunjukkan tanaman kopinya, Wildan pun menjelaskan soal proses peremajaan, ketinggian terbaik yakni 1.600 meter di atas permukaan laut hingga bulan panen.
Frinsa Agrolestari sendiri memiliki lahan seluas 150 hektare dengan keunggulan sustainable coffee development dan eco friendly processing.
Produk mereka pun diekspor ke berbagai penjuru dunia mulai dari Belgia, Rusia, hingga Jerman, juga ke Benua Australia hingga Amerika Serikat, dengan cupping score tertinggi 86,5 (Andungsari full washed) oleh cupper Dr. Jurgen Piechaczek (2019).
Setelah itu, para investor mendapatkan informasi terkait 12 pelaku usaha kopi lainnya selain Frinsa, antara lain Malabar Coffee, Margamulya Cooperation, Kiwari Farmers, Maju Mekar, serta Mahkota Coffee.
Agenda dilanjutkan Cupping Session agar para investor asing bisa mencicipi langsung specialty coffe Jabar, dan ditutup dengan sesi One-on-One Meeting di mana investor bisa berdiskusi langsung dengan para petani kopi.
Dari acara tersebut, Kepala Bidang Industri Akta (Agro, Kimia, Tekstil, dan Aneka) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar Arif Muchamad Fazar berharap nilai ekspor kopi Jabar akan meningkat sesuai dengan fokus Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar dalam membuka peluang bagi investor kopi.
"Untuk eksportir kami terus dorong untuk ekspor (kopi). Mudah-mudahan (acara) ini mendorong investor tertarik kepada Jabar," kata Arif.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Singapura Ramdan Denny Prakoso yang mendampingi para investor, site visit dan business matching antara 13 pelaku usaha kopi dengan 12 investor Singapura dan Malaysia ini bisa meningkatkan potensi ekspor kopi dari Jabar.
"Ke depan semoga ada sinergi dan manfaat kepada kedua belah pihak, baik investor asing agar tahu produk, kebun, harga, juga petani (kopi Jabar), juga bagi pelaku usaha di Jabar agar bisa terus berkomunikasi dan punya kesempatan menjual produknya di Asia," kata Denny.
Sementara itu, President Singapore Coffee Association Victor Mah, sementara itu mengatakan, pihaknya merasa senang bisa memenuhi undangan BI Singapura untuk melihat langsung produksi kopi Jabar khususnya di Kabupaten Bandung.
"Saya sangat tertarik mendengar penjelasan Pak Wildan (Frinsa Agrolestari) dalam hal persiapan penanaman bibit kopi. Semua sangat organik, dia berusaha keras menjaga (kebun). Hal ini saya apresiasi karena saat ini perubahan iklim menjadi fokus semua orang," puji Victor.
"Saya harap petani sekitar sini (Pangalengan) juga terus belajar, karena biasanya mereka (petani) sudah tua. Di Asia, konsumsi kopi sangat tinggi jadi ini menjadi potensi termasuk bagi Jawa Barat," tambahnya.
Victor pun memastikan bahwa Singapore Coffee Association siap bekerja sama dengan pelaku usaha kopi di Jabar. "Bagi saya, kopi Indonesia juga bisa bersaing dengan kopi Amerika (di pasaran). Kami juga akan menandatangani MoU untuk membawa kerja sama ini ke tahap selanjutnya," tegasnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jabar Dody Firman Nugraha menuturkan bahwa produk kopi Jabar berada di urutan ke-11 secara nasional.
Dody mencatat, pada 2017 sekira 2,6 persen atau 17.000 ton kopi Jabar dengan komposisi 55 persen Arabica dan 45 persen Robusta menyumbang ke dalam total 639.000 ton produksi kopi Indonesia.
Luas lahan perkebunan kopi di Jabar sendiri adalah 34.000 hektare, dengan perkebunan kopi Arabica tersebar di Kabupaten Bandung, Kab. Bandung Barat, Garut, hingga Kuningan. Sementara kebun kopi Robusta tersebar mulai Bogor, Ciamis, Cianjur, hingga Bekasi.
"Jumlah kelompok tani (Poktan) kopi (Jabar) tercatat sekira 750 Poktan atau setara dengan 20.000 petani dengan 100 produk kopi dari perusahaan sekelas industri rumahan," kata Dody.
"Keunggulan kopi Jabar antara lain cita rasa spicy, caramel, nutty, floral, dan bright acidity. Selain itu juga sudah menjadi juara di berbagai event cupping test dunia," ujarnya mengakhiri.
West Java Investment Summit (WJIS) 2019 'Accelerating Infrastructure Development through Innovative Investment' akan resmi dibuka oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil pada Jumat (18/10) pukul 09:40 WIB.
Forum bagi Pemdaprov Jabar dan pelaku usaha serta investor ini hasil kerja sama Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jabar dan KPw BI Jabar ini meliputi lima agenda utama yakni High Level Session, Project Consultation, One-on-One Meeting, Market Sounding, dan Exhibition.
Termasuk Victor Mah dan anggota Singapore Coffee Association lainnya, WJIS 2019 diikuti sekira 250 peserta mulai dari para investor domestik dan asing, mitra sister province, kedutaan besar negara sahabat, asosiasi, pengelola kawasan industri, instansi penanaman modal, serta instansi terkait lainnya.
Baca juga: Fine robusta miliki harga jual kopi jauh lebih mahal dibanding robusta biasa
Baca juga: Surga itu ada pada secangkir kopi Indonesia, kata tester
12 investor Malaysia dan Singapura kunjungi kebun kopi di Pangalengan
Kamis, 17 Oktober 2019 21:53 WIB