Mekkah (ANTARA) - Sejumlah rahasia dipaparkan yang menjadi indikator penyelenggaraan haji Indonesia banyak dinilai terbaik oleh negara-negara lain, termasuk Arab Saudi.
“Kita ini yang pertama menjadi concern kita adalah untuk pengelolaan kegiatan dari yang pertama sampai akhir tentu harus ada jadwal. Jadwal inilah yang dijadikan panduan kita untuk seluruh kegiatan pelayanan,” kata Kepala Daerah Kerja Mekkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019 Subhan Cholid di Kota Mekkah, Sabtu.
Ketepatan dan konsistensi terhadap jadwal membuat penyelenggaraan ibadah haji Indonesia tergolong rapi.
Oleh karena itu, Subhan menekankan pentingnya adanya jadwal yang meskipun di tengah jalan terjadi perubahan yang sifatnya kasuistik untuk menyesuaikan situasi di lapangan, tetapi ada patokan yang bisa dijadikan pijakan bagi semua pemangku kepentingan untuk melakukan kegiatan pelayanan.
“Karena jadwal ini dipedomani tidak hanya oleh kita, tapi juga oleh maktab, muassasah, Kementerian Haji dan Umrah Saudi, penyedia layanan, dan sebagainya, semua berpatokan pada jadwal itu,” katanya.
Ia mencontohkan, untuk transportasi misalnya, angkutan kapan harus disiapkan kendaraannya dasarnya adalah jadwal.
“Katering kapan dia harus masak, bungkus, mendistribusikan itu dasarnya adalah jadwal. Kemudian kegiatan bimbingan ibadah kapan mereka akan melakukan pembimbingan itu dasarnya jadwal,” katanya.
Indikator kedua, yakni pengorganisasian dalam setiap penyelenggaraan haji, termasuk di setiap penerbangan yang terdiri dari kloter, rombongan, dan regu.
Bahkan di Arab Saudi istilah kloter, rombongan, dan regu telah diserap sebagai bahasa yang dikenal oleh seluruh pengelola ibadah haji.
“Jadi kalau kita terjemahkan kloter malah mereka enggak tahu. Kalau kita panjangkan kemudian kita terjemahkan, pemangkubkepentingan di Arab Saudi malah bingung apa itu. Tapi dengan kloter mereka paham. Di bawah kloter ada rombongan.
Rombongan itu juga sudah diserap menjadi bahasa Arab. Di bawahnya lagi ada regu,” katanya.
Pengorganisasian yang rapi itu juga membuat penyelenggaraan haji Indonesia terkoordinir dengan baik, misalnya maktab yang mengelola layanan kepada jamaah haji tidak perlu berkomunikasi dengan 450 anggota jamaah haji.
“Cukup dengan satu ketuanya kalau dia ingin lebih banyak ya tinggal mengumpulkan rombongan. Satu kloter ada 10 rombongan, dia hanya akan berkomunikasi dengan 10 orang ketua rombongannya saja. Ini yang menjadi bagian dari penilaian dia,” katanya.
Selain itu indikator dan rahasia sukses haji Indonesia terkait soal teknis pemberangkatan, pengelolaan di lapangan, hingga cara bagaimana jamaah datang dalam satu kloter untuk menempati satu hotel.
“Kemudian mereka juga berangkat, ini juga menjadi perhatian mereka. Jadi dinilai oleh mereka itulah yang menjadi salah satu indikator penilaian layanan jamaah haji Indonesia dinilai baik oleh mereka,” katanya.
Bahkan saat memobilisasi 214.000 anggota jamaah Indonesia ketika puncak musim haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, Indonesia justru lebih cepat dibanding negara yang jamaahnya jauh lebih sedikit.
Maka wajar, jika setiap tahun ada negara-negara yang ingin menimba ilmu dari Indonesia dalam hal penyelenggaraan haji.
“Ada setiap tahun, ada yang berulang, seperti Malaysia ini kita rutin tiap tahun ada pertemuan. Turki, Dirjen hajinya datang kemari. Tahun sebelumnya dari Pakistan, tahun sebelumnya dari India. Bahkan ada beberapa negara yang kirim surat ingin menimba ilmu dari Indonesia tentang pengelolaan ibadah haji dari Indonesia,” kata Subhan.
Baca juga: Malaysia puji pengelolaan haji Indonesia
Baca juga: Antrean berhaji di Turki 25 tahun dan biayanya lebih mahal