Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Terpilih Kiai Ma'ruf Amin memiliki selera humor yang kerap dilontarkan dengan menyelipkan ungkapan atau istilah baru yang dapat mencairkan suasana.
Selain humor, ulama yang disegani di kalangan Nahdliyin itu juga suka menyanyi.
Saat berkampanye di Bogor, Jawa Barat, Jumat (5/4), Ma'ruf menyebutkan istilah "sadikin" dan "jamila".
"Tahu apa itu sadikin? Sakit sedikit miskin. Jamila tahu? Jadi miskin lagi," ucapnya.
Menurut Ma'ruf Amin, sadikin dan jamila adalah kelompok masyarakat yang tidak miskin. Namun, begitu terserang penyakit berat, kelompok itu mendadak menjadi miskin.
"Berkat Kartu Indonesia Sehat, tidak perlu jadi sadikin atau jamila karena (pengobatan) dibiayai pemerintah," tutur Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) nonaktif itu.
Tidak banyak orang tahu, Ma'ruf Amin ternyata juga suka menyanyi. Selama ini, pria kelahiran Tangerang, Banten, 11 Maret 1943 itu dikenal santun dan serius.
Saat kampanye di Bogor, suami dari Wury Estu Handayani itu menyanyikan irama lagu "Garuda di Dadaku" dengan sebagian liriknya diubah.
"Jokowi presiden kita, Kiai Ma'ruf wakil presiden. Ku yakin, kali ini pasti menang," ucapnya di atas panggung sambil mengajak warga Bogor menyanyi.
Aksi spontan itu kemudian diikuti oleh ribuan pendukungnya.
Busana ala milenial
Dalam kesempatan itu penampilan politikus senior alumni Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, itu juga menyita perhatian.
Ma'ruf Amin saat itu mengenakan jaket "hoodie" yang menjadi tren di kalangan anak muda yang dipadankan dengan peci hitam, selendang di leher, serta terusan kain sarung.
Berbicara penampilan, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden tahun 2007-2014 itu memang identik dengan sarung dan selendang di leher sebagai ciri khasnya.
Bahkan, ketika berkunjungan ke luar negeri untuk mengisi suatu acara, Kiai Ma'ruf Amin tidak merubah penampilannya.
Mantan Anggota DPR dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tahun 1999-2004 itu membuat seluruh undangan salah satu acara di Singapura tertawa saat menyampaikan pengantar pada kuliah umum.
Saat itu, Ma'ruf menjadi pembicara di Rajaratnam School of International Studies Nanyang Technological University (RSiS NTU), Singapura, Rabu (17/10/2018).
Kuliah umum yang dihadiri sekitar 150 undangan tersebut, Ma’ruf Amin membuka pengantar dengan mengatakan, "Mungkin ini pertama kali ada pemakalah di kesempatan ini yang memakai sarung," katanya melalui siaran pers.
Profesor bidang Hukum Ekonomi Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang, Jawa Timur, itu kemudian mengaku ia sempat bertanya kepada Presiden Joko Widodo terkait gaya kostumnya ketika dipilih sebagai calon wakil presiden.
"Beliau mengatakan, Pak Kiai tetap saja tampil sebagai ulama," ujarnya.
"Karena itu, di mana pun sepanjang tidak dilarang, saya akan memakai sarung, walaupun saya juga punya celana," imbuh Ma'ruf yang kemudian diikuti tawa para hadirin.
Ma'ruf Amin rencananya dilantik sebagai wakil presiden pada 20 Oktober 2019 mendampingi Presiden Joko Widodo.
Sebelum dilantik, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI akan menetapkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden terpilih di kantor KPU di Jalan Imam Bonjol, Jakarta, Minggu (30/6).
Sementara itu, pengamat politik Adi Prayitno mengatakan Ma'ruf Amin diharapkan membangun sumber daya manusia (SDM) khususnya di kalangan pesantren, sesuai dengan fokus periode kedua Jokowi yang salah satunya terkait pembangunan kualitas SDM.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu mengatakan publik juga mengharapkan Kiai Ma'ruf dapat mengimbangi kinerja Jokowi untuk merealisasikan janji politiknya.
"Sebagai ulama dan kiai, segmentasi yang paling mungkin bisa disasar adalah SDM berbasis kelompok pesantren. Apalagi Ma'ruf memiliki daya jangkau dan akses luas terhadap pesantren seluruh Indonesia," tutur pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta itu.