Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mencatat sepanjang Januari hingga April 2019 empat warga yang tertular penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) meninggal dunia karena telat mendapatkan pengobatan.
"Sejak awal tahun kasus penyebaran DBD di Kabupaten Sukabumi cukup tinggi bahkan hingga April ini sudah tercatat 212 warga terlaporkan terjangkit DBD. Dari jumlah tersebut 104 positif DBD sisanya masih gejala dan empat lainnya meninggal dunia," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit P2P Dinkes Kabupaten Sukabumi Damayanti Pramasari di Sukabumi, Jumat (19/4).
Bahkan jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2018, hanya 103 kasus saja dan tidak ada yang meninggal dunia, sehingga pada tahun ini angka penyebaran DBD meninggal lebih dari dua kali lipat.
Jumlah tersebut tersebar di 47 kecamatan namun kecamatan yang menjadi sorotan penyebaran DBD itu yakni Nagrak, Parungkuda, Cikembar dan Palabuanratu. Pihaknya juga memperkirakan jumlah warga yang mengalami gejala hingga positif akan terus meningkat karena dipengaruhi musim penghujan.
Sebab, biasanya di musim penghujan ini banyak genangan air yang dijadikan sarang oleh nyamuk Aedes aegypti untuk berkembangbiak. Ditambah masyarakat bisa saja lalai tidak membersihkan genangan air di wilayahnya masing-masing.
"Jika ada warga yang diduga mengalami gejala DBD seperti panas tubuh yang tinggi, terdapat ruam di mulut kemudian di kulitnya terdapat bintik merah agar segera di bawa ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan terdekat agar bisa segera ditangani. Sebab jika tidak cepat ditangani penyakit ini bisa menyebabkan kematian," katanya menambahkan.
Damayanti mengatakan antisipasi yang dilakukan pihaknya tidak hanya melakukan fogging atau pengasapan karena dengan cara ini kurang efektif dan hanya membunuh nyamuk dewasa saja. Tetapi yang paling penting adalah warga melakukan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Seperti dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara menguras bak air atau membersihkan air yang tergenang, menutup tempat penampungan air atau bisa menambahnya dengan memelihara ikan jentik nyamuk salah satunya Cupang dan mengubur barang-barang yang tidak berharga.
Selain itu, saat tidur warga pun bisa menggunakan kelambu maupun lotion antinyamuk serta meminum suplemen penambah daya tahan tubuh dan banyak meminum air putih.
Baca juga: Ridwan Kamil buat surat edaran pencegahan DBD ke kabupaten/kota
Baca juga: Cegah DBD, Gedung Sate difogging
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Sejak awal tahun kasus penyebaran DBD di Kabupaten Sukabumi cukup tinggi bahkan hingga April ini sudah tercatat 212 warga terlaporkan terjangkit DBD. Dari jumlah tersebut 104 positif DBD sisanya masih gejala dan empat lainnya meninggal dunia," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit P2P Dinkes Kabupaten Sukabumi Damayanti Pramasari di Sukabumi, Jumat (19/4).
Bahkan jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2018, hanya 103 kasus saja dan tidak ada yang meninggal dunia, sehingga pada tahun ini angka penyebaran DBD meninggal lebih dari dua kali lipat.
Jumlah tersebut tersebar di 47 kecamatan namun kecamatan yang menjadi sorotan penyebaran DBD itu yakni Nagrak, Parungkuda, Cikembar dan Palabuanratu. Pihaknya juga memperkirakan jumlah warga yang mengalami gejala hingga positif akan terus meningkat karena dipengaruhi musim penghujan.
Sebab, biasanya di musim penghujan ini banyak genangan air yang dijadikan sarang oleh nyamuk Aedes aegypti untuk berkembangbiak. Ditambah masyarakat bisa saja lalai tidak membersihkan genangan air di wilayahnya masing-masing.
"Jika ada warga yang diduga mengalami gejala DBD seperti panas tubuh yang tinggi, terdapat ruam di mulut kemudian di kulitnya terdapat bintik merah agar segera di bawa ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan terdekat agar bisa segera ditangani. Sebab jika tidak cepat ditangani penyakit ini bisa menyebabkan kematian," katanya menambahkan.
Damayanti mengatakan antisipasi yang dilakukan pihaknya tidak hanya melakukan fogging atau pengasapan karena dengan cara ini kurang efektif dan hanya membunuh nyamuk dewasa saja. Tetapi yang paling penting adalah warga melakukan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Seperti dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara menguras bak air atau membersihkan air yang tergenang, menutup tempat penampungan air atau bisa menambahnya dengan memelihara ikan jentik nyamuk salah satunya Cupang dan mengubur barang-barang yang tidak berharga.
Selain itu, saat tidur warga pun bisa menggunakan kelambu maupun lotion antinyamuk serta meminum suplemen penambah daya tahan tubuh dan banyak meminum air putih.
Baca juga: Ridwan Kamil buat surat edaran pencegahan DBD ke kabupaten/kota
Baca juga: Cegah DBD, Gedung Sate difogging
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019