Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, saat meresmikan Future Digital Lab di Institut Teknologi Bandung (ITB), Senin, sebagai upaya untuk terus  mendorong inovasi sebagai elemen penting dari Revolusi Industri 4.0 agar Indonesia siap menapaki industri digital baik dari segi infrastruktur maupun Sumber Daya Manusia (SDM).

“Salah satu prioritas peta jalan Making Indonesia 4.0 adalah peningkatan alokasi anggaran untuk aktivitas research and development (R and D) teknologi dan inovasi. Ini adalah lompatan besar dan kerja keras yang perlu didukung segenap pemangku kepentingan,” kata Airlangga Hartarto.

Lab pengembangan ekonomi digital ‘IoT Innovation and Future Digital Economy Lab’ tersebut diprakarsai Indosat Ooredoo Business.

Future Digital Economy Lab diharapkan mampu menghasilkan ide inovasi, referensi desain produk dan solusi guna menjawab kasus-kasus IoT yang dapat dikembangkan dalam skala industri untuk beragam kebutuhan baik  pengembangan produk, layanan maupun manufaktur marketing.

“Dahulu di era globalisasi yang menjadi kunci adalah bahasa Inggris, sekarang di era digitalisasi kuncinya adalah koding dan statistik data. Kalau menerapkan itu apapun jurusan sekolahnya, maka kita akan siap di era digital,” ucapnya.

Hal ini merupakan Future Digital Economy Lab yang pertama didirikan dalam program yang diprakarsai Indosat Ooredo.


Untuk selanjutnya, Indosat Ooredoo juga akan bekerja sama dengan institusi pendidikan lainnya seperti Universitas Bina Nusantara, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, UNIKA Atma Jaya, Universitas Trilogi, dan STIE PERBANAS.

Selanjutnya, President University, Universitas Prasetiya Mulya, Institut Teknologi Sepuluh November, serta Universitas Udayana. Sinergi ini untuk menyediakan sarana pembelajaran dan pengembangan talenta digital berbasis awareness dengan cara learning by doing.

“Kami harap, dengan Future Digital Lab ini, ITB menjadi powerhouse dalam kebangkitan digital ekonomi Indonesia dan mencapai target masuk 10 besar ekonomi dunia di tahun 2030,” katanya.


Menperin mengatakan, setidaknya sudah ada tiga laboratorium IoT yang diresmikan dan dikunjungi dalam satu tahun terakhir. “Ini adalah langkah emas bagi Indonesia untuk menguasai inovasi dan teknologi,” ungkapnya.

Airlangga menyampaikan, industri 4.0 sangat erat kaitannya dengan penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi seperti Internet of Things, Big Data, Cloud Computing, Artificial Intellegence, Mobility, Virtual dan Augmented Reality, sistem sensor dan otomasi, serta Virtual Branding. Sehingga, hal tersebut akan jadi tantangan besar bagi Indonesia untuk menyesuaikan diri dengan dinamika Industri 4.0.

Meningkatnya konektivitas Industri 4.0 ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan semakin konvergensinya batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Revolusi tersebut merupakan sebuah lompatan besar di sektor industri dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sepenuhnya tidak hanya dalam proses produksi, tetapi juga di seluruh rantai nilai guna mencapai efisiensi yang setinggi-tingginya untuk melahirkan model bisnis yang baru dan berbasis digital.

“Untuk melangkah ke sana, sektor industri nasional perlu banyak pembenahan terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci utama penentu daya saing di era Industri 4.0 dan tentunya konektivitas menjadi backbone digital infrastruktur seperti Palapa Ring yang telah memberikan penguatan konektivitas digital khususnya jaringan 4G,” tutur Airlangga.

Making Indonesia 4.0 mendorong Indonesia untuk mencapai 10 besar ekonomi di tahun 2030, mengembalikan net export ke kisaran 10 persen, meningkatkan produktivitas kerja dua kali lipat, dan alokasi 2 persen dari PDB untuk aktivitas R&D teknologi dan inovasi.

Upaya ini berpeluang meningkatkan 1-2 persen pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tambahan lebih dari 10 juta tenaga kerja serta peningkatan kontribusi industri manufaktur pada perekonomian.

“Di era Industri 4.0, Indonesia membutuhkan 17 juta tenaga kerja melek digital, dengan komposisi 30 persen di industri manufaktur dan 70 persen di industri penunjang yang nantinya akan mendorong tambahan ekonomi sebesar USD150 Miliar,” kata dia.

Baca juga: Guru Besar ITB: Minat investasi pertambangan di Indonesia rendah

Baca juga: ITB beri doktor kehormatan kepada peneriMa nobel ekonomi



 

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019