Cianjur (Antaranews Jabar) - Pedagang sayur mayur di Pasar Induk Pasirhayam (PIP) Cianjur, Jawa Barat, merugi bahkan banyak yang gulung tikar akibat sepi pembeli.
Iis (45) seorang pedagang sayur pada wartawan Rabu, mengatakan PIP saat ini sepi pembeli dibandingkan saat pertama kali diresmikan Bupati Tjetjep Muchtar Soleh beberapa tahun yang lalu.
"Pertama pindah dari Pasar Induk Cianjur ke PIP, tingkat penjualan sangat tinggi, bahkan dalam satu hari bisa meraup untung hingga berkali lipat jika dibandingkan saat berjualan di Pasar Induk Cianjur," katanya.
Namun seiring berjalannya waktu, pendapatan dari hasil berjualan setiap hari terus berkurangs mengalami penurunan pembeli.
"Dari tadi pagi baru mendapatkan lima orang pembeli yang hanya membeli sayuran tidak lebih dari dua kilogram. Bagaimana mau untung yang ada setiap hari kami merugi karena sayur yang kami jajakan sudah tidak segar dan membusuk," katanya.
Hal senada terucap dari Agus (59) pedagang beras eceran. Sejak pindah ke PIP penghasilannya terus menurun. Setiap hari dia dan pedagang lainnya hanya bisa menjual beras sebanyak dua kuintal.
"Perbedaan yang sangat jauh saat berjualan di Pasar Induk yang dulu, di situ saya bisa menjual beras dalam satu hari mencapai enam kuintal hingga satu ton," katanya.
Ia dan ratusan pedagang di pasar tersebut, berharap upaya pemerintah untuk meramaikan pasar tersebut segera dibuktikan, jangan sampai menunggu semua pedagang gulung tikar dan pindah ke pasar ilegal di sejumlah wilayah di perkotaan.
Pasar Induk Pasir Hayam yang diklaim terbesar di Jawa Barat itu, dibangun di atas lahan 8,5 hektare dengan biaya Rp75 miliar dari APBD Cianjur tahun anggaran 2012-2016, namun sejak berdiri hingga saat ini ratusan toko, los dan kios banyak yang tutup alias gulung tikar.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
Iis (45) seorang pedagang sayur pada wartawan Rabu, mengatakan PIP saat ini sepi pembeli dibandingkan saat pertama kali diresmikan Bupati Tjetjep Muchtar Soleh beberapa tahun yang lalu.
"Pertama pindah dari Pasar Induk Cianjur ke PIP, tingkat penjualan sangat tinggi, bahkan dalam satu hari bisa meraup untung hingga berkali lipat jika dibandingkan saat berjualan di Pasar Induk Cianjur," katanya.
Namun seiring berjalannya waktu, pendapatan dari hasil berjualan setiap hari terus berkurangs mengalami penurunan pembeli.
"Dari tadi pagi baru mendapatkan lima orang pembeli yang hanya membeli sayuran tidak lebih dari dua kilogram. Bagaimana mau untung yang ada setiap hari kami merugi karena sayur yang kami jajakan sudah tidak segar dan membusuk," katanya.
Hal senada terucap dari Agus (59) pedagang beras eceran. Sejak pindah ke PIP penghasilannya terus menurun. Setiap hari dia dan pedagang lainnya hanya bisa menjual beras sebanyak dua kuintal.
"Perbedaan yang sangat jauh saat berjualan di Pasar Induk yang dulu, di situ saya bisa menjual beras dalam satu hari mencapai enam kuintal hingga satu ton," katanya.
Ia dan ratusan pedagang di pasar tersebut, berharap upaya pemerintah untuk meramaikan pasar tersebut segera dibuktikan, jangan sampai menunggu semua pedagang gulung tikar dan pindah ke pasar ilegal di sejumlah wilayah di perkotaan.
Pasar Induk Pasir Hayam yang diklaim terbesar di Jawa Barat itu, dibangun di atas lahan 8,5 hektare dengan biaya Rp75 miliar dari APBD Cianjur tahun anggaran 2012-2016, namun sejak berdiri hingga saat ini ratusan toko, los dan kios banyak yang tutup alias gulung tikar.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018