Cianjur (Antaranews Jabar) - Ratusan nelayan di Pantai selatan Cianjur, Jawa Barat, terpaksa tidak melaut berhari-hari karena cuaca ekstrem dan sulitnya mendapatkan ikan di tengah lautan yang kerap terjadi badai.
"Di penghujung tahun hasil tangkapan sekali melaut mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu. Saat ini hanya dua jenis ikan saja yang bisa didapat. Karena itu kini hanya sebagian kecil yang memaksakan diri tetap melaut meskipun tidak sampai ke tengah lautan lepas karena cuaca yang tidak bersahabat., sedangkan lainnya terpaksa menganggur atau menjadi buruh tani," kata UU (45) seorang nelayan di Pantai Jayanti, Cianjur, Selasa.
Ia menjelaskan, tangkapan nelayan hanya ikan jenis layur yang per kilogramnya dihargai sebesar Rp30.000 dan ikan tongkol yang dihargai Rp 35.000 sampai Rp 40.000 per kilogram.
"Saat ini nelayan di Jayanti hanya mampu mendapat ikan 15 sampai 20 kilogram satu kali melaut, meskipun hasil tangkapan per satu kilogram ikan hanya dihargai Rp15.000," katanya.
Harga dan hasil tangkapan menjadiu tidak maksimal dan tidak sebanding dengan biaya operasional per satu kali melaut karena harga bahan bakar mencapai Rp 10.000 per liter, ditambah biaya sewa kapal yang harus di bayar pada pemilik kapal.
"Per satu kali melaut tidak cukup 10 liter bahan bakar tergantung jarak yang akan di tempuh ke tempat biasa menangkap ikan. Kadang hasil tangkapan hanya cukup untuk menganti operasional, dan sering tekor," katanya.
Baca juga: Nelayan Pantai Jayanti Cianjur berharap TPI dibangun kembali
Setiap akhir tahun, tambah dia, hasil tangkapan ikan di pantai selatan selalu menurun kkarena berbagai faktor termasuk cuaca dan paceklik. Menjelang akhir tahun angin di tengah laut selalu kencang dengan gelombang tinggi, meskipun hal tersebut sudah biasa untuk nelayan.
"Meskipun angin di tengah laut sangat kencang, mau hasilnya maksimal ataupun minim, saya harus melaut untuk menafkahi anak dan istri karena tidak memiliki keahlian lain," katanya.
Dia dan ratusan nelayan lainnya hanya bisa berharap, badai yang sering datang segera menghilang karena baru beberapa bulan nelayan menikmati hasil tangkap yang melimpah setelah paceklik panjang kembali berhenti melaut karena cuaca ekstrem.
Baca juga: 22.000 nelayan Jabar dapat asuransi jiwa gratis
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Di penghujung tahun hasil tangkapan sekali melaut mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu. Saat ini hanya dua jenis ikan saja yang bisa didapat. Karena itu kini hanya sebagian kecil yang memaksakan diri tetap melaut meskipun tidak sampai ke tengah lautan lepas karena cuaca yang tidak bersahabat., sedangkan lainnya terpaksa menganggur atau menjadi buruh tani," kata UU (45) seorang nelayan di Pantai Jayanti, Cianjur, Selasa.
Ia menjelaskan, tangkapan nelayan hanya ikan jenis layur yang per kilogramnya dihargai sebesar Rp30.000 dan ikan tongkol yang dihargai Rp 35.000 sampai Rp 40.000 per kilogram.
"Saat ini nelayan di Jayanti hanya mampu mendapat ikan 15 sampai 20 kilogram satu kali melaut, meskipun hasil tangkapan per satu kilogram ikan hanya dihargai Rp15.000," katanya.
Harga dan hasil tangkapan menjadiu tidak maksimal dan tidak sebanding dengan biaya operasional per satu kali melaut karena harga bahan bakar mencapai Rp 10.000 per liter, ditambah biaya sewa kapal yang harus di bayar pada pemilik kapal.
"Per satu kali melaut tidak cukup 10 liter bahan bakar tergantung jarak yang akan di tempuh ke tempat biasa menangkap ikan. Kadang hasil tangkapan hanya cukup untuk menganti operasional, dan sering tekor," katanya.
Baca juga: Nelayan Pantai Jayanti Cianjur berharap TPI dibangun kembali
Setiap akhir tahun, tambah dia, hasil tangkapan ikan di pantai selatan selalu menurun kkarena berbagai faktor termasuk cuaca dan paceklik. Menjelang akhir tahun angin di tengah laut selalu kencang dengan gelombang tinggi, meskipun hal tersebut sudah biasa untuk nelayan.
"Meskipun angin di tengah laut sangat kencang, mau hasilnya maksimal ataupun minim, saya harus melaut untuk menafkahi anak dan istri karena tidak memiliki keahlian lain," katanya.
Dia dan ratusan nelayan lainnya hanya bisa berharap, badai yang sering datang segera menghilang karena baru beberapa bulan nelayan menikmati hasil tangkap yang melimpah setelah paceklik panjang kembali berhenti melaut karena cuaca ekstrem.
Baca juga: 22.000 nelayan Jabar dapat asuransi jiwa gratis
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018