Bandung (Antaranews Jabar) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan pergerakan tanah yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada Kamis (8/11) disebabkan faktor kemiringan lereng.
"Penyebabnya karena kemiringan lereng yang terjal, batuan penyusun batu lempung, dan tata guna lahan berupa sawah," kata Staf Mitigas Gerakan Tanah PVMBG?, Widya, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin.
Kasus pergerakan tanah di KBB ini terjadi di Kampung Cihantap, RT 01, 02, 03 RW 07 Desa Puncaksari Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat. Sebanyak 48 rumah mengalami kerusakan.
Widya mengatakan, faktor keberadaan sawah yang berada di atas tebing memiliki kemiringan 70 derajat, sementara pemukiman pada kemiringan 15 sampai 20 derajat.
Saat hujan melanda kawasan Bandung raya menyebabkan longsor dan berimplikasi pada tertariknya tanah pemukiman.
"Pemukiman retak karena tertarik oleh longsor yang ada di tebing," katanya.
Ia mengatakan, faktor lain yang membuat terjadinya pergerakan tanah karena adanya alih fungsi lahan di atas tebing dari tanaman keras menjadi kawasan pesawahan.
"Jadi tanah tidak ada penahan saat hujan dan mudah bergerak," ujar Widya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Penyebabnya karena kemiringan lereng yang terjal, batuan penyusun batu lempung, dan tata guna lahan berupa sawah," kata Staf Mitigas Gerakan Tanah PVMBG?, Widya, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin.
Kasus pergerakan tanah di KBB ini terjadi di Kampung Cihantap, RT 01, 02, 03 RW 07 Desa Puncaksari Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat. Sebanyak 48 rumah mengalami kerusakan.
Widya mengatakan, faktor keberadaan sawah yang berada di atas tebing memiliki kemiringan 70 derajat, sementara pemukiman pada kemiringan 15 sampai 20 derajat.
Saat hujan melanda kawasan Bandung raya menyebabkan longsor dan berimplikasi pada tertariknya tanah pemukiman.
"Pemukiman retak karena tertarik oleh longsor yang ada di tebing," katanya.
Ia mengatakan, faktor lain yang membuat terjadinya pergerakan tanah karena adanya alih fungsi lahan di atas tebing dari tanaman keras menjadi kawasan pesawahan.
"Jadi tanah tidak ada penahan saat hujan dan mudah bergerak," ujar Widya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018