Bandung (Antaranews Jabar) - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Kamil menyarankan agar setiap tenaga kerja wanita (TKW) yang akan berangkat kerja ke luar negeri agar mengusai teknik dasar ilmu bela diri untuk menghadapi setiap gangguan yang mengancam.
"TKW di luar negeri harus tahu etika, tata krama. Apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat. Termasuk bagaimana mereka misal bisa bela diri," kata Atalia Praratya Kamil seusai menjadi pembicara pada acara "Jabar Punya Informasi (Japri)" di Gedung Sate Bandung, Senin.
Terkait permasalahan yang dihadapi TKW di luar negeri, kata Atalia, dirinya selakuKetua Tim Penggerak-PKK Jawa Barat berpendapatan bahwa permasalahan TKW erat kaitannya demgan sisi bagaimana menguatkan para perempuan untuk sanggup menghadapi tantangan jika mengharuskan menjadi seorang tenaga kerja di luar negeri.
Hal itu juga termasuk ketika perempuan berada di tempat jauh dan terjadi apa-apa maka mereka harus tahu mengadu ke mana. Jadi itu semua harus disiapkan betul-betul segala hal sebelum memutuskan untuk berangkat, kata dia.
Pihaknya juga menyampaikan rasa duka mendalam atas nasib salah seorang TKW Jawa Barat, asal Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka, Tuti Tursilawati, yang meninggal di Arab Saudi.
"Saya turut prihatin dan berbela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan, semoga kejadian ini tidak menimpa masyarakat kita lagi," kata dia.
Beberapa hari lalu, dirinya mengunjungi kediaman keluarga almarhumah Tuti Tursilawati, bersama kepala DP3AKB Jabar, Sekda, Ketua PKK dan Kadisnaker Majalengka, disambut peluk tangis Ibunda dan anak Tuti.
Dia mengatakan berdasarkan data yang diterimanya ada delapan ribuan TKI asal Kabupaten Majalengka, yang bekerja di luar negeri, dan sekitar tiga ribu diantaranya bekerja di Arab Saudi.
Menurutnya, upaya maksimal sudah dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah seperti pendampingan sejak kasusnya di tahun 2010 silam.
"Upaya sudah dilakukan maksimal oleh pemerintah pusat dan daerah karena ini sudah berjalan sejak tahun 2010, prosesnya sangat panjang. Saya juga melihat bahwa upaya pendampingan sudah sering dilakukan," ujar Atalia.
Lebih lanjut ia mengatakan salah satu upaya untuk mencegah kejadian serupa tidak terulang, TP-PKK Jabar bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Jabar akan memperkuat pemberdayaan perempuan.
"Yang kami lakukan adalah upaya pencegahan agar tidak terjadi seperti ini lagi di kemudian hari. Ini tugas saya dengan DP3AKB," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"TKW di luar negeri harus tahu etika, tata krama. Apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat. Termasuk bagaimana mereka misal bisa bela diri," kata Atalia Praratya Kamil seusai menjadi pembicara pada acara "Jabar Punya Informasi (Japri)" di Gedung Sate Bandung, Senin.
Terkait permasalahan yang dihadapi TKW di luar negeri, kata Atalia, dirinya selakuKetua Tim Penggerak-PKK Jawa Barat berpendapatan bahwa permasalahan TKW erat kaitannya demgan sisi bagaimana menguatkan para perempuan untuk sanggup menghadapi tantangan jika mengharuskan menjadi seorang tenaga kerja di luar negeri.
Hal itu juga termasuk ketika perempuan berada di tempat jauh dan terjadi apa-apa maka mereka harus tahu mengadu ke mana. Jadi itu semua harus disiapkan betul-betul segala hal sebelum memutuskan untuk berangkat, kata dia.
Pihaknya juga menyampaikan rasa duka mendalam atas nasib salah seorang TKW Jawa Barat, asal Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka, Tuti Tursilawati, yang meninggal di Arab Saudi.
"Saya turut prihatin dan berbela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan, semoga kejadian ini tidak menimpa masyarakat kita lagi," kata dia.
Beberapa hari lalu, dirinya mengunjungi kediaman keluarga almarhumah Tuti Tursilawati, bersama kepala DP3AKB Jabar, Sekda, Ketua PKK dan Kadisnaker Majalengka, disambut peluk tangis Ibunda dan anak Tuti.
Dia mengatakan berdasarkan data yang diterimanya ada delapan ribuan TKI asal Kabupaten Majalengka, yang bekerja di luar negeri, dan sekitar tiga ribu diantaranya bekerja di Arab Saudi.
Menurutnya, upaya maksimal sudah dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah seperti pendampingan sejak kasusnya di tahun 2010 silam.
"Upaya sudah dilakukan maksimal oleh pemerintah pusat dan daerah karena ini sudah berjalan sejak tahun 2010, prosesnya sangat panjang. Saya juga melihat bahwa upaya pendampingan sudah sering dilakukan," ujar Atalia.
Lebih lanjut ia mengatakan salah satu upaya untuk mencegah kejadian serupa tidak terulang, TP-PKK Jabar bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Jabar akan memperkuat pemberdayaan perempuan.
"Yang kami lakukan adalah upaya pencegahan agar tidak terjadi seperti ini lagi di kemudian hari. Ini tugas saya dengan DP3AKB," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018