Bandung (Antaranews Jabar) - Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum akan terus mengupayakan agar pesantren semakin diakui dan mendorong adanya payung hukum yang menjamin kesejahteraan pesantren bukan hanya di Jawa Barat, namun juga di seluruh Indonesia.
"Hingga saat ini belum ada ketetapan maupun peraturan yang memberikan kepastian bagi pesantren agar mendapatkan anggaran khusus, baik untuk bidang pemberdayaan masyarakat maupun pendidikan," kata Wagub Uu Ruzhanul Ulum dalam siaran persnya, Minggu.
Padahal, kata Uu, pesantren memberikan pelayanan pendidikan bertahap dengan kurikulum yang jelas.
"Sehingg ke depan kami berharap akan ada peraturan yang memberikan kode rekening dan nomenklatur yang menjadi payung hukum mengenai pesantren," kata Uu.
"Jadi nanti siapapun kepala daerahnya, tetap ada kucuran dana untuk keberlangsungan pesantren, tidak hanya mengandalkan hibah dan bantuan sosial," lanjutnya.
Dorongan Wagub Jabar agar pesantren memiliki payung hukum diutarakan saat dirinya membuka secara resmi Festival Tajug 2018, di Alun-alun Kasepuhan Cirebon, Sabtu (20/10). Festival ini digelar dalam rangka memperingati hari santri nasional yang ditetapkan setiap tanggal 22 Oktober.
Secara harfiah, tajug berarti akidah agama, moralitas, serta hubungan vertikal dengan Allah SWT. Karenanya Wagub Uu mengungkapkan, Festival Tajug di hari santri ini merupakan momentum memaksimalkan syiar Islam, sehingga Festival Tajug ini dinilainya sangat penting dalam penyebaran agama.
"Hari santri ini merupakan kegiatan syiar Islam, berbeda dengan hari-hari yang lain. Oleh karena itu kegiatan kali ini sangat baik untuk perkembangan agama," kata Uu.
Sementara itu, Gusti Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat mengatakan bahwa hari santri ini harus dimaknai sebagai momentum santri mengembalikan jati diri bangsa, serta mengembalikan adat tradisi bahwa santri cinta damai dan cinta kebaikan.
Terlebih di era yang penuh hoax dan ujaran-ujaran kebencian seperti saat ini.
Ia berharap hari santri tidak hanya diperingati oleh santri pelajar aktif, melainkan juga seluruh lapisan masyarakat, karena baginya filosofi santri adalah belajar, yang akan terus dilakukan sepanjang hayat.
"Di era sekarang tentunya penuh hoax, kebencian, harus kita hindari bahkan kita lawan, karena Indonesia dibangun dengan kedamaian, dengan cinta kasih, toleransi, saling hormat-menghormati," kata PRA Arief.
"Filosofi santri itu adalah belajar. Selama kita hidup terus belajar. Kita terus menjadi santri," ujarnya.
Festival ini diawali dengan bersih-bersih masjid di 10 masjid besar di Kota Cirebon, pada tanggal 15-19 Oktober 2018 kemarin. Dilanjutkan dengan lomba puji-pujian zaman kuno, lomba Tahfiz Qur'an Juz 30, serta lomba Adzan Pitu. Sedangkan pada puncak peringatan di tanggal 22 Oktober mendatang, digelar acara syukuran yang rencananya dihadiri oleh Menteri Agama RI.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Hingga saat ini belum ada ketetapan maupun peraturan yang memberikan kepastian bagi pesantren agar mendapatkan anggaran khusus, baik untuk bidang pemberdayaan masyarakat maupun pendidikan," kata Wagub Uu Ruzhanul Ulum dalam siaran persnya, Minggu.
Padahal, kata Uu, pesantren memberikan pelayanan pendidikan bertahap dengan kurikulum yang jelas.
"Sehingg ke depan kami berharap akan ada peraturan yang memberikan kode rekening dan nomenklatur yang menjadi payung hukum mengenai pesantren," kata Uu.
"Jadi nanti siapapun kepala daerahnya, tetap ada kucuran dana untuk keberlangsungan pesantren, tidak hanya mengandalkan hibah dan bantuan sosial," lanjutnya.
Dorongan Wagub Jabar agar pesantren memiliki payung hukum diutarakan saat dirinya membuka secara resmi Festival Tajug 2018, di Alun-alun Kasepuhan Cirebon, Sabtu (20/10). Festival ini digelar dalam rangka memperingati hari santri nasional yang ditetapkan setiap tanggal 22 Oktober.
Secara harfiah, tajug berarti akidah agama, moralitas, serta hubungan vertikal dengan Allah SWT. Karenanya Wagub Uu mengungkapkan, Festival Tajug di hari santri ini merupakan momentum memaksimalkan syiar Islam, sehingga Festival Tajug ini dinilainya sangat penting dalam penyebaran agama.
"Hari santri ini merupakan kegiatan syiar Islam, berbeda dengan hari-hari yang lain. Oleh karena itu kegiatan kali ini sangat baik untuk perkembangan agama," kata Uu.
Sementara itu, Gusti Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat mengatakan bahwa hari santri ini harus dimaknai sebagai momentum santri mengembalikan jati diri bangsa, serta mengembalikan adat tradisi bahwa santri cinta damai dan cinta kebaikan.
Terlebih di era yang penuh hoax dan ujaran-ujaran kebencian seperti saat ini.
Ia berharap hari santri tidak hanya diperingati oleh santri pelajar aktif, melainkan juga seluruh lapisan masyarakat, karena baginya filosofi santri adalah belajar, yang akan terus dilakukan sepanjang hayat.
"Di era sekarang tentunya penuh hoax, kebencian, harus kita hindari bahkan kita lawan, karena Indonesia dibangun dengan kedamaian, dengan cinta kasih, toleransi, saling hormat-menghormati," kata PRA Arief.
"Filosofi santri itu adalah belajar. Selama kita hidup terus belajar. Kita terus menjadi santri," ujarnya.
Festival ini diawali dengan bersih-bersih masjid di 10 masjid besar di Kota Cirebon, pada tanggal 15-19 Oktober 2018 kemarin. Dilanjutkan dengan lomba puji-pujian zaman kuno, lomba Tahfiz Qur'an Juz 30, serta lomba Adzan Pitu. Sedangkan pada puncak peringatan di tanggal 22 Oktober mendatang, digelar acara syukuran yang rencananya dihadiri oleh Menteri Agama RI.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018