Bandung, 18/10 (Antara) - DPD Partai Golkar Jawa Barat menggelar lomba Stand Up Comedy bertajuk "Nyarekan Golkar (Memarahi Golkar) di Aula Caringin Sakti, Kantor DPD Golkar Jawa Barat Kota Bandung, Kamis.
"Kantong suara kaum millenial di Jawa Barat sangat dominan. Berdasarkan data internal DPD Golkar Jabar, sebanyak 32 persen pemilih di provinsi lumbung suara nasional itu berasal dari kaum millenial. Atas dasar tersebut, kami menggelar acara ini," kata Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Dia menjadi inisiator utama penyelenggaraan acara yang digandrungi anak muda tersebut dan menurut dia, satu-satunya cara agar Golkar mampu hadir memberi solusi adalah dengan membuka ruang komunikasi.
Format ruang tersebut tidak bisa formal. Pasalnya, berdasarkan telaah Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma'ruf Jawa Barat itu, kaum millenial tidak menyukai sifat formal sebuah forum. Karena itu, stand up comedy dia pilih untuk kanal komunikasi antara Golkar Jabar dan kaum millenial.
"Ini kan ruang komunikasi. Dulu, kritik itu disampaikan melalui aksi demonstrasi. Sekarang tidak lagi, kritik itu baiknya ada unsur estetika dan sastra sehingga mampu bersuka ria. Jadi, gak pakai propaganda kebohongan," katanya.
Tema "Nyarekan Golkar" atau Memarahi Golkar sengaja diambil dalam acara yang melibatkan 40 komika dari 27 kabupaten/kota di Jabar. Tema tersebut menjadi penegas bahwa Golkar Jabar sangat terbuka terhadap kritik pedas sekalipun.
Menurut Dedi, seluruh materi yang disajikan komika akan masuk ke dalam rapat konsolidasi internal untuk dibahas. Hal ini dalam rangka penguatan identitas Golkar Jabar sendiri.
"Acara ini juga sebagai evaluasi bagi kader. Saya sampaikan bahwa Golkar ini bukan partai 'menak' (tokoh). Tetapi, Golkar ini partai rakyat, karena itu harus memahami bahasa rakyat. Komika itu selalu peka terhadap keresahan rakyat. Itu harus dicontoh kader," ujarnya.
Selain kader, penekanan secara khusus diberikan kepada para calon anggota legislatif dari Golkar Jabar. Jika terpilih, mereka diharuskan untuk menterjemahkan materi dari para komika menjadi rancangan pergerakan harian.
Karena itu, Dedi Mulyadi menginstruksikan seluruh caleg untuk hadir dan menyimak paparan dari para komika. Para caleg itu dibagi dua sesi kehadiran. Sesi pagi untuk caleg Golkar Jabar dari daerah Jabar Utara. Sementara sesi malam untuk para caleg yang berasal dari daerah Jabar Selatan dan Priangan.
"Kalau mereka terpilih, tata cara memberikan masukan kepada pemerintah harus seperti ini, gak harus kasar. Saya kira ini harus menjadi pola ke depan," katanya.
Budi Dalton, Taufik Faturahman dan Wanda Urban bertindak sebagai juri dalam kegiatan tersebut. Berbagai kriteria mulai dari originalitas materi dan performance menjadi unsur penilaian utama. Para komika sendiri memperebutkan hadiah utama sebesar Rp10 Juta.
"Tidak boleh ada SARA, kritiknya harus cerdas dan materinya original. Itu kriteria utama," kata Taufik Faturrahman.***2***
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Kantong suara kaum millenial di Jawa Barat sangat dominan. Berdasarkan data internal DPD Golkar Jabar, sebanyak 32 persen pemilih di provinsi lumbung suara nasional itu berasal dari kaum millenial. Atas dasar tersebut, kami menggelar acara ini," kata Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Dia menjadi inisiator utama penyelenggaraan acara yang digandrungi anak muda tersebut dan menurut dia, satu-satunya cara agar Golkar mampu hadir memberi solusi adalah dengan membuka ruang komunikasi.
Format ruang tersebut tidak bisa formal. Pasalnya, berdasarkan telaah Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma'ruf Jawa Barat itu, kaum millenial tidak menyukai sifat formal sebuah forum. Karena itu, stand up comedy dia pilih untuk kanal komunikasi antara Golkar Jabar dan kaum millenial.
"Ini kan ruang komunikasi. Dulu, kritik itu disampaikan melalui aksi demonstrasi. Sekarang tidak lagi, kritik itu baiknya ada unsur estetika dan sastra sehingga mampu bersuka ria. Jadi, gak pakai propaganda kebohongan," katanya.
Tema "Nyarekan Golkar" atau Memarahi Golkar sengaja diambil dalam acara yang melibatkan 40 komika dari 27 kabupaten/kota di Jabar. Tema tersebut menjadi penegas bahwa Golkar Jabar sangat terbuka terhadap kritik pedas sekalipun.
Menurut Dedi, seluruh materi yang disajikan komika akan masuk ke dalam rapat konsolidasi internal untuk dibahas. Hal ini dalam rangka penguatan identitas Golkar Jabar sendiri.
"Acara ini juga sebagai evaluasi bagi kader. Saya sampaikan bahwa Golkar ini bukan partai 'menak' (tokoh). Tetapi, Golkar ini partai rakyat, karena itu harus memahami bahasa rakyat. Komika itu selalu peka terhadap keresahan rakyat. Itu harus dicontoh kader," ujarnya.
Selain kader, penekanan secara khusus diberikan kepada para calon anggota legislatif dari Golkar Jabar. Jika terpilih, mereka diharuskan untuk menterjemahkan materi dari para komika menjadi rancangan pergerakan harian.
Karena itu, Dedi Mulyadi menginstruksikan seluruh caleg untuk hadir dan menyimak paparan dari para komika. Para caleg itu dibagi dua sesi kehadiran. Sesi pagi untuk caleg Golkar Jabar dari daerah Jabar Utara. Sementara sesi malam untuk para caleg yang berasal dari daerah Jabar Selatan dan Priangan.
"Kalau mereka terpilih, tata cara memberikan masukan kepada pemerintah harus seperti ini, gak harus kasar. Saya kira ini harus menjadi pola ke depan," katanya.
Budi Dalton, Taufik Faturahman dan Wanda Urban bertindak sebagai juri dalam kegiatan tersebut. Berbagai kriteria mulai dari originalitas materi dan performance menjadi unsur penilaian utama. Para komika sendiri memperebutkan hadiah utama sebesar Rp10 Juta.
"Tidak boleh ada SARA, kritiknya harus cerdas dan materinya original. Itu kriteria utama," kata Taufik Faturrahman.***2***
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018