Bandung (Antaranews Jabar) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, mendukung penggunaan bahan bakar minyak yang berasal dari nabati atau kelapa sawit untuk mengurangi ketergantungan pada minyak fosil.

"Kami sendiri sangat mendukung bahan bakar di Indonesia diubah secepat-cepatnya menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan," ujar Jonan saat mengunjungi labolatorium katalis di Institut Teknologi Bandung di Bandung, Rabu.

Saat ini ITB tengah mengembangkan industri katalis yang bisa mengubah sawit menjadi biodiesel, bioavtur, dan biogasoline. Katalis ini sudah diujicoba dibeberapa kilang minyak PT Pertamina dan telah diproduksi secara massal oleh PT Pupuk Iskandar Muda.

Menurut Jonan, dengan produksi katalis dalam negeri yang dikembangkan ITB, dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak dari fosil. Kelebihan yang bisa didapatkan karena nabati merupakan sumber daya alam yang bisa diperbaharui.

"Kalau ramah lingkungan mungkin tidak bisa menggunakan bahan bakar fosil sepanjang masa. Tetapi harus menggunakan bahan bakar yang renewable seperti kelapa sawit," kata dia.

Disamping itu, penggunaan bahan bakar dari kendaraan makin lama makin tinggi, hal tersebut akan berimplikasi pada ketersediaan minyak bumi. Maka dari itu, perlu segera dikembangkan bahan bakar yang berasal dari nabati.

"Nah gap ini harus ditutup misalnya sama green diesel, green gasoline, dan sebagainya," kata dia.

Sementara saat disinggung mengenai bahan campuran biodiesel 20 persen atau B20, penerapannya kini bukan hanya untuk Public Service Obligation (PSO) atau subsidi, tapi termasuk non-PSO dengan Cetane Number (CN) 48.

"Jumlahnya 14,5 juta kilo liter setahun. Progresnya sekitar 60-65 persen sampai minggu lalu. Nah harapannya memang pelan pelan harus bisa 100 persen. Ini kita harus dorong terus," kata dia.

 

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018