Bandung (Antaranews Jabar) - Kementerian Perindustrian menargetkan sebanyak 5.000 industri kecil dan menengah (IKM) di seluruh Indonesia bisa bergabung atau masuk dalam program e-Smart IKM pada tahun 2019 dan untuk tahun ini Kemenperin menargetkan sebanyak 4.000 IKM masuk dalam program ini.

"Kami melakukan program ini sejak tahun 2017 dan sejak itu ada 1.730 IKM kita fasilitasi. Tahun ini sekitar 4 ribu IKM yang akan kami fasilitasi, tahun depan rencananya 5 ribu tetapi kita tidak patok di situ karena tahun 2017 target kita seribu IKM tetapi antusiasmenya tinggi. Akhirnya kami revisi anggaran supaya lebih banyak lagi," kata Direktorat Jenderal Industri dan Menengah Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih, di Bandung, Selasa. 

Ditemui usai membuka workshop e-Smart IKM di Kota Bandung, Gati mengatakan e-Smart IKM merupakan sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profile, sentra dan produk yang terintegrasi dengan marketplace yang telah ada dengan tujuan semakin meningkatkan akses pasar IKM melalui internet marketing. 

Gati menuturkan pada pelatihan e-Smart IKM di Kota Bandung kali ini diikuti oleh 50 IKM yang bergerak di bidang kimia, sandang, pangan, dan aneka kerajinan. "Jadi masing-masing targetnya 50-50," kata dia. 

Dia mengatakan Kota Bandung adalah salah satu kiblat bagi industri kreatif di Indonesia dan banyak tangan-tangan kreatif orang Bandung yang telah menghasilkan berbagai produk kreatif termasuk produk art, craft dan fashion yang merupakan prioritas pihaknya untuk didorong masuk ke marketplace melalui program e-Smart IKM. 

Menurut dia, produk atau barang yang dihasilkan oleh IKM harus ada pasarnya jika ingin laku dijual dan setelah ada pasarnya maka akan tahu kebutuhannya berapa.

"Nah baru kita tahu pemerintah itu harus membuat kegiatan apa, untuk mendorong IKM ini bisa memenuhi kebutuhan pasar," kata Gati.

Akan tetapi, kata Gita, jika berbicara mengenai pasar, anggaran pemerintah untuk hal tersebut terbatas, terutama ketika harus memfasilitasi IKM untuk ikut pameran secara offline. 

"Kalau kita fasilitasi pameran secara offline, itu biayanya besar, sedangan IKM yang harus difasilitasi cukup banyak, itu ada sekitar 4,4 juta IKM, enggak mungkin setiap pameran kita fasilitasi. Makanya kita bikin program pemasaran secara online atau kita kenal dengan nama e-smart IKM ini," kata dia. 

Ia menuturkan untuk program e-Smart IKM ini pihaknya bekerja sama dengan sejumlah market place yang ada seperti Bukalapak, Tokopedia, Blibli.com, blanja.com. 

"Ini dilakukan agar teman-teman IKM tahu secara pasti yang harus dilakukan ketika berjualan online, karena kalau kami pemerintah bikin market place gede sekali sumber daya yang harus disiapkan juga harus disiapkan juga, makanya kita kerja sama dengan market place yang sudah ada," kata dia. 

Ia menambahkan apabila IKM sudah tahu pasar dan tahu apa yang diproduksi maka mereka perlu modal sehingga pada pelatihan e-Smart IKM tersebut pihaknya mengajak bank himpunan bank negara untuk memberikan sosialisasi mengenai KUR.

"Ke depan saya akan mengajak perusahaan fintech agar bank negara bisa kompetsi dengan fintech supaya akses IKM bisa lebih banyak dan mudah untuk memberikan akses perbankan," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan dengan adanya program e-Smart IKM ini maka IKM di Indonesia didorong untuk masuk e-commerce sehingga pasar produk IKM akan lebih luas.

Selain itu pihaknya juga mengharapkan pelaku IKM dalam pelatihan e-Smart IKM di Kota Bandung bisa konsisten dalam berjualan di pasar online dan rajin meng-update data produk serta penjualan secara rutin sehingga ke depan produk asli Indonesia yang berkualitas bisa membanjiri pasar perdagangan online di Asia Tenggara.

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Isyati Putri


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018